Page 155 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 155
kubenci lagi ketika otakku mulai berceloteh tak pantas
mengenai sosok tua dan renta tadi.
‗‘Bukankah hidup telah ditentukan oleh yang di atas? Lantas
itu adalah takdirnya menjadi tua renta dan menderita. Apa
kau ingin menyalahkan kehidupan? Siapa yang ingin
kausalahkan?‘‘ otakku berceloteh panjang yang kujawab
singkat.
‗‘Ini salahku.‘‘
Lalu aku keluar dari matanya. Matanya tiba-tiba
kosong setelah beberapa saat. Ia membangunkan anak-anak
yang ada dalam dirinya dan mulai bermain playon (sebuah
permainan anak-anak. Mereka akan berlari kesana-kemari
dengan gembira). Itu adalah hiburannya. Begitu
menyenangkan dan membuat candu. Menurutku kenangan
seperti itu akan membuatnya tetap hidup. Menurutku
kenangan seperti itu akan membuatnya bernapas.
Karena benar saja, anak-anaknya sedang bermain
playon di sampingnya sekarang. Persis seperti dulu saat
ibunya berdagang di pasar dan ia bermain disampingnya.
Terbesit Kartini dalam benakku. Aku ingin ia, yang lebih
mampu daripada aku untuk membantu ibu dan anaknya
tersebut.
‗‘Akankah hidup mereka akan seperti itu pada
generasi, generasi seterusnya dari mereka?‘‘
Bisakah kau tuliskan surat-surat untuk sahabatmu di
Eropa tentang ibu-ibu yang berjejer di pasar pagi ini.
Ajarkanlah anak-anak mereka ilmu yang bermanfaat hingga
146
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

