Page 152 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 152

Salah  satu  kisah  sebuah  wanita,  yang  mungkin
               dianggap tak berpendidikan.
                      Inilah salah satu keprihatinan R.A Kartini. Jika saja ia
               lebih  berpendidikan,  ia  tak  akan  menjadi  topik  hangat  yang
               sebenarnya tak pantas dibahas.
                      Terbesit       Kartini       yang   telah   gugur

               dalam pertempurannya dengan gemilang dalam benakku. Aku
               ingin ia, yang lebih mampu daripada aku untuk membantu ibu
               dan anaknya tersebut.
                      ‗‘Bisakah kau tuliskan surat-surat untuk sahabatmu di
               Eropa tentang perempuan bernama Mira Susanti dengan
               kisahnya.      Ajarkanlah   ia      beberapa       ilmu

               hingga
               terselamatkanlah hidupnya.‖ lalu
                      ‗‘Bisakah  kau  menyelamatkanya  seperti  keinginanmu
               pada semua wanita?‘‘

                       Masukilah jiwa-jiwa wanita sekali lagi.
                                             ***
                Aku  menjadi  penasaran  dengan  keadaan  sebuah  pasar
               setelah  melihat  berita  di  televisi.  Langkah-langkah  kakiku
               mendatangi  sebuah  pasar.  Biasa  saja.  Semua  orang
               beraktivitas  secara  normal,  saat  itu  sangat  ramai  dengan
               orang-orang yang  sibuk dengan urusan masing-masing.

                      Debu yang nyenyak terpaksa melonjat dari lantailantai
               dingin  yang  sebelumnya  tak  berpenghuni  di  malam  hari.
               Mereka  bangkit  oleh  tangan-tangan  yang  kurus  hingga  urat
               tak malu lagi menampakkan diri, tak cantik tapi baik. Tangan

                                                         143

                        Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU
   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157