Page 14 - Sela Nur VIka _PGSD C
P. 14
2. Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol, adalah pemimpin gerakan Paderi di Sumatra Barat. Tujuan gerakan Paderi adalah untuk
memperbaiki masyarakat Minangkabau, mengembalikan kehi- dupan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Adat yang selama itu dianut dan yang menjadi sasaran gerakan Paderi adalah kebiasaan-kebiasaan Tuanku
Imam Bonjol buruk misalnya menyabung ayam, dan berjudi. Terjadilan perbenturan antara kaum Adat
dengan kaum Paderi. Kaum Adat yang merasa terdesak, kemudian minta bantuan kepada Belanda. Terjadilah
perlawanan Kaum Paderi melawan Belanda.
Pada tahun 1837 Belanda menjalankan "Siasat Pengepungan terhadap benteng Bonjol. Benteng Bonjol
akhirnya berhasil dilumpuhkan oleh Belanda. Belanda mengajak untuk berunding. Namun, Belanda licik
karena Tuanku Imam Bonjol di tangkap (25 Oktober 1837). la kemudian dibuang ke Cianjur, dipindahkan ke
Ambon, kemudian dipindahkan ke Menado hingga wafat tanggal 6 November 1864.
Tuanku Imam Bonjol
3. Pangeran Diponegoro ( 1825-1830 )
Pangeran Diponegoro adalah putra Sultan Hamengkubuwono III, raja
Yogyakarta tetapi bukan dari permaisuri. Pada waktu kecil, Diponegoro
mendapat pendidikan agama yang kuat. la menjadi anak raja yang alim. Pada
waktu itu, pengaruh Belanda di istana Yogyakarta sangat kuat. Pangeran
Diponegoro tidak senang terhadap tindakan Belanda tersebut. Oleh karena itu,
Diponegoro lebih senang tinggal di Tegalrejo dan hidup bersama rakyat.
Belanda menyusun rencana untuk menyingkirkan Pangeran Diponegoro.
Caranya, Belanda membuat masalah dengan membangun jalan raya Yogyakarta
Magelang melewati tanah leluhur Diponegoro. Belanda menancapkan patok di
tanah Diponegoro tersebut. Akibatnya, Diponegoro marah. Patok tersebut
Pangeran Diponegoro
diganti dengan tombak sebagai tanda perang. Pada tanggal 20 Juli 1825,
Belanda mengerahkan pasukan ke Tegalrejo maka pecahlah perang
Diponegoro.
Perlawanan Diponegoro mendapat banyak dukungan, di antaranya Kiai Mojo,
Alibasyah Sentot Prawirodirjo dan Nyi Ageng Serang. Pertahanan Diponegoro
di Gua Selarong sangat kuat.. Belanda kewalahan menghadapi pasukan
Diponegoro. Belanda di bawah pimpinan Jenderal De Kock menerapkan taktik
baru yakni taktik Benteng Stelsel. Belanda mendirikan benteng di daerah-
daerah yang didudukinya. Di setiap benteng ditempatkan pasukan pengintai.
Tujuan pendirian benteng, untuk mempersempit gerak pasukan Diponegoro.
Taktik ini ternyata membawa hasil. Banyak pengikut Diponegoro yang
tertangkap atau menyerah. Meskipun Belanda mengalami banyak kemajuan,
namun biaya yang dikeluarkan sangat besar. Perang ini telah membuat kas
pemerintah Belanda kosong dan hampir bangkrut.
Pada tanggal 30 Maret 1825 perundingan di adakan di Magelang. Ternyata
Belanda sangat licik. Ketika tidak tercapai kata sepakat, Diponegoro ditangkap
dan diasingkan ke Manado. Selanjutnya, Diponegoro dipindahkan ke Makasar
dan wafat pada tanggal 8 Januari 1855