Page 15 - Sela Nur VIka _PGSD C
P. 15
4. Pangeran Antasari
Pada tahun 1857 terjadi pergantian Sultan di Kerajaan Banjar,
Pangeran Tamjidillah perselisih dengan Pangeran Hidayat.
Dengan bantuan Belanda Pangeran Tamjidillah, akhirnya
menduduki jabatan Sultan Banjar. Namun, para bangsawan
dan rakyat Banjar menentangnya. Sebab, yang berhak atas
tahta Kesultanan Banjar adalah Pangeran Hidayat. Pihak
Belanda akhirnya menurunkan sultan dan bahkan Pangeran
Antasari Kesultanan Banjar dihapuskan. Akibatnya, timbullah
perlawanan rakyat Banjar menentang Belanda di bawah
pimpinan Pangeran Antasari. Pangeran Hidayat berada di pihak
rakyat.
Pangeran Antasari
Pada tanggal 14 Maret 1862 Pangeran Antasari diangkat oleh
rakyat sebagai pemimpin tertinggi agama Islam dengan gelar
Panembahan Amiruddin Khalifahtul Mukminin. Dalam
pertempuran di Hulu Teweh pada tanggal 11 Oktober 1862,
Pangeran Antasari gugur. Setelah gugurnya Pangeran Antasari,
Banjar akhirnya dikuasai oleh Belanda.
5. Raja Bulelang dan I Gusti Ketut Jelantik
Di Bali timbulnya perlawanan rakyat melawan Belanda, setelah Belanda berulang
kali memaksakan kehendaknya untuk menghapuskan "hak tawan karang. Hak
Tawan Karang yakni hak bagi kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas perahu
yang terdampar di pantai wilayah kekuasaannya.
Pada tahun 1846, pasukan Belanda menyerang Buleleng. Prajurit dan Rakyat
Buleleng bertempur mati-matian di bawah dipimpin Raja Buleleng dan I Gusti
Ktut Jelentik. Mereka terdesak oleh pasukan Belanda. Singaraja sebagai ibukota
kerajaan diduduki Belanda. Raja Buleleng dan I Gusti Ktut Jelantik menyingkir ke
Jagaraga.
Perang berkobar lagi di Jagaraga, sehingga sering disebut Perang Jagaraga,
karena pusat pertahanan rakyat Bali berada di benteng Jagaraga. Dalam
pertempuran menghadapi Belanda ini, rakyat Bali melakukan "perang puputan"
(perang habis-habisan). Setelah terjadi pertempuran sengit, akhirnya Benteng
Jagaraga jatuh ke tangan Belanda. Raja Buleleng dan I Gusti Ktut Jelantik berhasil
meloloskan diri.
Dengan keberhasilan Belanda mematahkan perlawanan rakyat Bali,
memudahkan Belanda untuk menguasai Bali.