Page 116 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 116

Fatwa dalam Humor
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                    dahulu Damir mengisi piringnya.Saya dan Ihsan, juga Ayah
                    diam saja menyaksikan gerak-gerik Damir, yang serba cepat
                    makannya. Dan mulutnya pun tak berhenti berteriak-teriak
                    sambil mengunyah nasi. Sekali-sekali dia berdiri menjangkau
                    petai yang tergantung dan menyambar sambal yang me mang
                    selalu berpindah-pindah tempat. Selesai makan, Damir masih
                    sempat meminta pisang dan ber teriak lagi tambah dua gelas
                    kopi, satu untuk Ayah dan satu lagi un tuk dirinya sendiri,
                    “Kopi dua.”

                        Perut kami amat lapar hari itu, dan makanannya memang
                    enak. Makanya kami diam saja tatkala Damir berkali-kali
                    minta tambah.
                        “Berapa semua?” tanya Damir kepada pemilik warung,
                    sambil berdiri siap-siap hendak berangkat. Saya lupa berapa
                    harga makanan yang masuk perut Damir. Pemilik warung
                    menghitung cukup lama dan kemudian menyebutkan jumlah
                    yang terasa agak mahal. Tapi kami semua tenang saja, karena
                    Damir sudah berdiri le bih dahulu, kami kira dialah yang akan
                    membayar.

                        “Seratus semua,” jawab orang warung. Damir tahu-tahu
                    memandang kepada Ayah dan meneruskan ucapan pemilik
                    warung itu, “Seratus semua Buya,” lalu dia mengangkat
                    bebannya dan terus melangkah mendahului kami. Saya
                    lihat  Ayah menghitung-hitung kembali uang yang harus
                    dikeluarkannya. Mungkin dalam hatinya dia menyesal. Saya
                    pun teringat Ummi dan adik-adik, menyesal telah makan
                    enak, sementara di rumah makan ubi.
                        Ketika meninggalkan warung itu,  Ayah, Ihsan, dan
                    saya tak banyak lagi berbicara. Sebelum kami turun menuju



                                                                         99

                                                              pustaka-indo.blogspot.com



         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   99
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   99       1/13/2017   6:18:40 PM
                                                                         1/13/2017   6:18:40 PM
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121