Page 114 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 114

Fatwa dalam Humor
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                    pendakian yang bakal ditempuh. Saat itulah, seorang laki-laki
                    yang belum kami kenal muncul di antara kami.

                        “Apa kabar Buya, mau ke mana Buya, dari mana Buya?”
                    tanya nya bertubi-tubi menyebut Buya, Buya, Buya.
                        “Namo ambo (nama saya) Damir, dari kampung anu. Mari
                    saya bantu membawakan beban Buya,” katanya menawarkan
                    pertolongannya. Si Damir ini orangnya memang agak lucu,
                    kulitnya putih dengan wajah kemerah-merahan, dan pendek-
                    kurus. Ketawanya mengakak lengking dan pecinya sedikit
                    kebesaran.

                        “Terima kasih atas bantuan Sutan,” jawab Ayah seraya
                    memberi kan bebannya. Kami pun melangkah mendaki bukit
                    yang cukup tinggi, dan Da mir yang rupanya sudah mengenal
                    situasi medan, dengan lincah mendahului. Makin lama, Damir
                    makin jauh, lalu saya berteriak,”Mak Damiiiiirrrrr!”Dari jauh
                    terdengar jawabnya, “Ooooooooiiiiiiiiii.”
                        Kami berjalan terus. Makin lama beras di bahu saya
                    semakin menekan, lalu kami berhenti membagi dua beban
                    itu, setengahnya dimasukkan ke bungkusan  Ayah, dan
                    setengahnya lagi saya bawa, sedang beras yang tadi dibawa
                    Ayah telah diambil alih oleh Damir.
                        Kami tiba di suatu pondok tempat orang mengilang
                    tebu, untuk dijadikan gula model lawang yang berwarna
                    coklat keme rahan. Damir telah lebih dulu menunggu. Dan,
                    dia lebih dulu pula melepaskan dahaganya. Kami pun duduk
                    istirahat sambil memperhatikan jalannya kilangan tebu yang
                    ditarik oleh seekor kerbau itu. Sewaktu akan be rangkat, Ayah
                    bertanya kepada tukang kilang itu, bera pa harga air tebu yang
                    kami minum. Orang itu menghitung, Ayah, Ihsan, dan saya



                                                                          97

                                                              pustaka-indo.blogspot.com



                                                                         1/13/2017   6:18:40 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   97
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   97       1/13/2017   6:18:40 PM
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119