Page 118 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 118

Fatwa dalam Humor
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                        Ayah lebih suka makan di luar karena makanan di hotel
                    tak masuk seleranya. Dia tahu benar di mana restoran enak
                    di Kuala Lumpur. Setiap makan di restoran, dialah yang
                    memesan dengan gayanya yang khas dan cerewet. Sopir itu
                    ikut makan. Awalnya kami mengira sopir tersebut telah diberi
                    uang makan oleh pihak pengundang untuk membayar semua
                    makanan kami. Apalagi makannya paling banyak. Tahunya,
                    pas tiba masanya membayar, sopir itu memandang  Ayah,
                    pertanda Ayahlah yang harus membayar.

                        “Di,” Ayah memanggil saya, waktu merogoh sakunya.
                    “Wa’ang ingat ndak si Damir, orang Palembayan 30 tahun
                    yang lalu.”
                        Wajah  Ayah serius saat bertanya, membuat saya
                    terkenang akan Damir yang melarikan beras kami. Sejenak
                    saya mencoba mengingatnya, lalu saya mengangguk. Ayah
                    mencibirkan bibir dan mengerlingkan matanya pada sopir
                    itu. Meledaklah tawa saya. Memang benar gaya Damir persis
                    sopir tersebut.

                        Ada lagi cerita lain saat saya mengiringi Ayah di negara
                    bagian Johor Baru, Malaysia yang berbatasan dengan
                    Singapura. Begitu keluar dari pelabuhan udara, kami
                    disambut oleh seorang yang lebih tua dari saya. Seperti
                    kebiasaan orang Malaysia, dia mencium tangan Ayah, seraya
                    mengucapkan  Alhamdulillah berulang-ulang, karena Buya
                    yang lama dinanti sudah datang. Alhamdulillah, kata orang
                    itu berkali-kali. Lalu diteruskannya dengan Subhanallah
                    berkali-kali pula.
                        “Apa kabar Tuan?” tanya Ayah.
                        “Alhamdulillah, dan bagaimana Bapak?”



                                                                         101

                                                              pustaka-indo.blogspot.com



                                                                         1/13/2017   6:18:40 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   101
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   101      1/13/2017   6:18:40 PM
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123