Page 229 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 229

Pribadi dan Martabat Buya Hamka
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                     Itulah yang sering diucapkan Ayah tatkala baru menjadi
                 Ketua Majelis Ulama, kepada mereka yang sa ma-sama
                 menjadi pemimpin, maupun kepada tamu-tamu dari daerah.

                     Beberapa bulan sesudah itu, di samping belakang Masjid
                 Agung  Al-Azhar, pemerintah membangun gedung untuk
                 kantor Majelis Ulama. Kantor itu tergolong sebuah gedung
                 yang mahal. Dilengkapi dengan  air conditioner, ruang
                 sidang, meja-meja, dan kursi, dan lantainya dilapisi karpet.
                 Sudah tentu untuk Ketua Umum disediakan ruang yang ter-
                 baik, dengan ukuran besar dan meja yang besar pula. Untuk
                 beberapa lama Ayah pun hampir setiap pagi masuk kantor itu.
                 Karena letaknya yang tak jauh dari kantor Panji Masyarakat,
                 saya pun lebih sering menemuinya di ruang kantornya yang
                 baru.
                     Di atas meja saya lihat sebuah bel yang tersambung
                 keluar. Di dalam kamar dia duduk seorang diri, dan sekali-
                 sekali pesuruh masuk membawa surat-surat yang akan
                 ditandatangani. Tidak sekali pun saya lihat Ayah menekan bel
                 itu. Dia lebih sering keluar memanggil pembantunya. Melihat
                 itu saya pun sekali-sekali membantu memanggilkan orang
                 diperlukan Ayah.

                     “Kenapa Ayah tidak menggunakan bel itu?” tanya saya
                 penasaran.
                     “Mereka kan punya nama, kenapa kita panggil dengan
                 bunyi tut, tut listrik?” jawabnya. Dan saya pun tertawa
                 mendengar jawaban itu.
                     Selama berkantor di gedung itu, Ayah tak pernah menekan
                 bel yang terletak di mejanya untuk memanggil asisten atau
                 pesuruhnya.  Tapi, lambat  laun  Ayah pun tidak sering lagi



                 212                                          pustaka-indo.blogspot.com





                                                                         1/13/2017   6:18:56 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   212      1/13/2017   6:18:56 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   212
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234