Page 238 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 238

Ketua Umum Majelis Ulama
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                    beberapa orang anggota panitia mendekati kami, menanyakan
                    tentang keadaan umat Islam Indonesia dibawah Pemerintahan
                    Soeharto.

                        Ayah tampaknya tak begitu bernafsu menjawab, mungkin
                    karena letih puasa ataupun ingin cepat segera istirahat. Tapi
                    mereka mende sak terus dengan nada yang mencemoohkan
                    kami. Dari penjelasan yang diceritakan oleh Kafrawi dan
                    Ayah di atas mobil, saya tahu bah wa mereka menuduh ulama-
                    ulama Indonesia yang hadir itu sebagai boneka dari penguasa,
                    yang menyokong politik Kristenisasi yang berlangsung
                    hebat di Indonesia saat itu. Setelah kami beberapa langkah
                    meninggalkan mereka, terdengarlah tawa mereka amat puas.
                        Sore menjelang Maghrib, kami jalan-jalan ke  Arafah.
                    Kabut semakin tebal dan angin pun bertiup amat kencang.
                    Sekali-sekali terdengar bunyi guruh. Karena banyaknya
                    debu, kami kembali ke Makkah, tetapi sampai di depan
                    hotel, hujan turun amat lebat. Tak berlangsung lama, hanya
                    kira-kira 20 menit. Penduduk berlarian keluar rumah dan
                    beberapa orang anak-anak menari-nari di jalan raya mandi air
                    hujan. Meskipun setelah itu hujan reda, sampai hari terakhir
                    di Makkah langit tampak berkabut dan berwarna kelabu.
                    Kami kembali menuju gedung Konferensi setelah melakukan
                    shalat Tarawih di Masjidil Haram. Di muka pintu, seorang
                    berpakaian  Arab mendekati  Ayah. Mereka berangkulan
                    intim sekali. Ayah menggangguk dan orang itu menggeleng-
                    gelengkan kepalanya.

                        Saya langsung saja menuju ruangan sidang, karena
                    sidang sudah mulai.  Tak lama  Ayah masuk dan duduk
                    bersama kelompok delegasi Indonesia. Di tangannya sudah
                    siap lembaran-lembaran pidato yang akan di ucapkannya.

                                                                         221

                                                              pustaka-indo.blogspot.com



                                                                         1/13/2017   6:18:57 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   221
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   221      1/13/2017   6:18:57 PM
   233   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243