Page 31 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 31

Islamic Theology  | 23

           Al-Imâm Ahmad ibn Hanbal, --sebagaimana diriwayatkan oleh Abu
           al-Fadl at-Tamimi dalam kitab I„tiqâd al-Imâm al-Mubajjal Ahmad ibn
           Hanbal--,  berkata:
                                            َ َ
                                                  َ
                                                                      َ
                                                                        َ ْ َ
                                                         َ َ َ َ ْ َّ َ
                                               ٪لط ٝلاسب للهاٞ ٪لابب ثعىهج امهم
                                                      ُ
                                              ِ ِ
                                                    ِ ِ
                                                             ِ ِ
           “Apapapun yang kamu gambarkan dalam hati kamu maka Allah tidak
           seperti  itu”.
                  Dari sini diketahui dengan jelas bahwa kaum Musyabbihah
           Mujassimah  adalah  kaum  yang  berkeyakinan  sesat.  Mereka  tidak
           berada di atas jalan kebenaran syari„at, juga tidak berjalan dengan
           logika yang sehat. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita
           di atas jalan Ahlussunnah Wal Jama„ah; kelompok lurus dan moderat
           sebagai kelompok yang selamat (al-Firqah an-Nâjiyah), kaum yang
           ketika berbicara dalam masalah-masalah tauhid mereka menjadikan
           akal sehat sebagai bukti bagi kebenaran teks-teks syari„at yang datang
           dari Allah dan Rasul-Nya.

                   (Empat): Catatan panduan terkait dengan terjemahan Kitab
           Daf„u Syubah at-Tasybîh Bi Akaff at-Tanzîh yang ada di tangan anda:
               1.  Tanda  [  ...  ]  untuk  menyempurnakan  dan  atau  untuk
                  menjelaskan ungkapan atau kalimat sebelumnya, misalnya;
                  “Allah azali  [ada tanpa permulaan]”.

               2.  Tanda ( ... ) untuk memberikan pemahaman “atau”, misalnya;
                  “kita adalah ciptaan (makhluk) Allah”.

               3.  Tulisan  dengan  redaksi:  “[Makna  literal  riwayat  ini  tidak
                  boleh kita ambil, mengatakan: ...]” adalah makna zahir atau
                  makna literal dari teks-teks mutsyâbihât, baik dari al-Qur„an
                  maupun hadits, yang makna tersebut tidak boleh kita ambil.
                  Penyusun sengaja menuliskan terjemahan literalnya tersebut
                  untuk  memberikan  penjelasan  bahwa  makna-makna
                  tersebut tidak benar.
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36