Page 233 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 233
Membela Kedua Orang Tua Rasulullah | 231
meminta kepada Tuhan-ku (Allah) supaya Dia menghidupkan kembali
ibu-ku, maka Dia menghidupkannya kembali, dan ibuku telah
beriman kepadaku. Kemudian Allah mematikannya kembali”. Adapun
keimananan ayahanda Rasulullah yaitu juga dengan hadits yang telah
kita sebutkan, oleh karena tidak dapat dibenarkan pendapat yang
memisahkan antara keduanya. Karena itu al-Qurthubi menyebutkan
bahwa Allah telah menghidupkan kedua orang tua Rasulullah di
kuburan keduanya, dan lalu keduanya beriman kepada Rasulullah.
Hadits ini walaupun berkualitas lemah (dla’if) --dalam istilah para ahli
hadits-- namun ia memiliki penguat yang banyak dari argumen-
argumen logis (‘aqliyyah) dan dalil-dali tekstual (naqliyyah). Adapun
pendapat yang mengatakan tidak dapat bermanfaat dan tidak bisa
diterima imannya seorang yang hidup kembali setelah ia meninggal;
ini pendapat yang tidak dianggap, karena demikian itulah
peristiwanya yang ada dan telah disebutkan dalam hadits, dan itu
adalah di antara kekhususan-kekhususan yang dimiliki oleh
Rasulullah.
(10). Hadits yang meriwayatkan bahwa Rasulullah telah
memberikan kabar gembira bagi salah seorang sahabatnya yang
telah meminum darah beliau bahwa ia akan aman dari siksa neraka
dan akan masuk surga . Dengan demikian, jika “perut” (raga atau
360
fisik) seorang yang telah menampung darah Rasulullah saja telah
360 Kisah ini disebutkan dalam hadits riwayat al-Bazzar, ath-Thabarani, al-
Hakim, dan al-Baihaqi dari hadits Amir ibn Abdillah ibn az-Zubair dari ayahnya (az-
Zubair ibn al-‘Awwam), berkata: “Rasulullah melakukan hijamah, lalu beliau
memberikan darah hijamah-nya tersebut kepadaku. Rasulullah berkata: “Pergilah,
buanglah (hilangkanlah) darah ini”, lalu aku pergi dari Rasulullah, maka aku
meminum darah tersebut. Rasulullah berkata: “Apa yang telah engkau perbuat?”,
aku berkata: “Aku telah membuangnya”, Rasulullah bersabda: “Mungkin engkau
telah meminumnya?”, Aku berkata: “Aku telah meminumnya”. Dalam riwayat ath-
Thabarani ada redaksi tambahan; Rasulullah bersabda: “Siapakah yang menyuruhmu
meminum darah itu? Engkau telah mendapatkan keberanian yang kuat”. Dalam at-
Talkhish al-Habir Fi Takhrij Ahadits ar-Rafi’i al-Kabir, al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
“Hadits ini juga diriwayatkan oleh ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, dan al-
Baihaqi dalam al-Khash-ish Min asn-Sunan. Di dalam sanad-nya ada al-Hinaid ibn al-
Qasim, dia adalah seorang yang “la ba’sa bih”, walaupun bukan seorang yang
masyhur dengan ilmu”. Lihat at-Talkhish, 1/30.

