Page 228 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 228

226  |  Membela Kedua Orang Tua Rasulullah






                                      Penutup:
                         Beberapa Poin Bahan Renungan

                    Catatan  berikut  ini  penulis  terjemahkan  dari  tulisan  risalah
            Itsbat an-Najat Wa al-Iman Li Waliday Sayyid al-Akwan karya Syekh
            Ali Afandi yang dikenal dengan sebutan ad-Daghistani untuk menjadi
            bahan renungan bersama, sekaligus sebagai penutup bagi buku ini:
                    “Demi Allah, waspadalah, jangan sampai engkau mengatakan
            terhadap  kedua  orang  tua  Rasulullah  dengan  kata-kata  yang
            mencedarainya  atau  kata-kata  yang  memberikan  makna  demikian.
            Sungguh  kata-kata  yang  demikian  itu  sama  dengan  menyakiti
            Rasulullah.  Padahal  Allah  telah  berfirman:  “Dan  mereka  yang
            menyakiti Rasulullah bagi mereka adalah siksaan yang sangat pedih”
            (QS. At-Taubah: 61). Sudah menjadi kebiasaan di antara kita (al-‘urf)
            bahwa bila orang tua salah seorang dari kita dicaci maki maka ia akan
            merasa  tersakiti,  terlebih  jika  cacian  tersebut  sesuatu  yang  sama
            sekali  tidak  pernah  ada  pada  orang  tua  tersebut.  Dalam  sebuah
            hadits diriwayatkan bahwa ketika Ikrimah ibn Abi Jahl masuk Islam,
            lalu ada beberapa orang sahabat yang menyebut-nyebut kebukuran
            Abu Jahl (ayah Ikrimah) di hadapan Ikrimah sendiri, maka Rasulullah
            berkata:  “Janganlah  kalian  menyakiti  orang-orang  yang  hidup
            dengan  mencaci-maki  orang-orang  yang  telah  meninggal  [dari
                             357
            keluarga mereka]” .
                    Perhatikan,  para  ulama  mengatakan  bahwa  mencaci-maki
            nasab  (keturunan)  adalah  termasuk  dosa  besar,  karena  dengan
            begitu  akan  ada  banyak  orang  [mukmin  yang  berasal  dari  nasab
            tersebut] yang tercedarai kehormatannya, dan itu adalah dosa besar.
            Lalu  perhatikan  pula,  dalam  sebuah  hadits  disebutkan  bahwa


                  357  Lihat Shahih al-Bukhari, hadits nomor 1393, bab 97, dari hadits Aisyah
   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233