Page 226 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 226
224 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
semua itu menunjukan kedalaman ilmunya, keluasan pandangannya,
dan ketelitian pemikirannya. Benar-benar berhak untuk dihitung
sebagai bagian dari para mujaddid agama Muhammad (shallallahu
alaihi wa sallam) di permulaan abad 10 dan akhir abad 9 hijriah;
seperti yang telah beliau nyatakan sendiri, juga sebagaimana hal itu
dengan kesaksian [pengukuhan] dari para ulama setelahnya; seperti
Mulla Ali al-Qari al-Makki yang ia ungkapkan dalam kitab karyanya al-
Mir-at Syarh al-Misykat, berkata: Guru dari guru-guru kami; yaitu as-
Suyuthi, adalah orang yang telah menghidupkan kembali ilmu tafsir
dengan karyanya ad-Durr al-Mantsur, yang telah mengumpulkan
kembali berbagai hadits yang sudah bercerai-berai dengan karyanya
al-Jami’ yang sangat mashur, tidak ada satu bidang ilmu-pun [dalam
agama ini] kecuali beliau memiliki catatan [karya] padanya, baik
dalam bentuk matn atau syarh, bahkan beliau menuliskan berbagai
catatan yang jauh lebih dari pada sekedar itu; yang itu semua
menjadikan beliau berhak untuk disebut mujaddid pada pada abad
10 hijriah sebagaimana yang telah beliau nyatakan sendiri, dan
sungguh pengakuannya itu benar-benar dapat diterima”. Asy-
Sya’rani berkata: “Seandainya as-Suyuthi tidak memiliki banyak
karamah kecuali hanya bukti bahwa [hingga sekarang] banyak orang
dari berbagai pelosok dunia mengambil manfaat dari karya-karnya,
dengan cara mengutip dan mempelajarinya; maka hal itu cukup
sebagai bukti keagungan derajat beliau”. Aku [al-Kittani] katakan:
“Apa yang diungkapkan syekh asy-Sya’rani benar adanya,
sesungguhnya karya-karya sang imam telah mendapat apresiasi
sangat besar dari berbagai tingkatan manusia yang melebihi apresiasi
mereka terhadap karya-karya guru as-Suyuthi sendiri. Hampir tidak
ada satu lemari-pun di dunia ini [yang berisi ilmu-ilmu agama], -baik
kitab-kitab dengan bahasa Arab atau bahasa asing-, yang sunyi dari
karya-karya as-Suyuthi. Dapat kita pastikan bahwa dalam lemari-
lemari tersebut berbaris karya-karya as-Suyuthi. Ini berbeda dengan
karya-karya guru beliau sendiri yang tidak seperti demikian itu”. Ibnul
Qadli dalam kitab Durrah al-Hijal berkata: “Sesungguhnya karya-

