Page 221 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 221
Membela Kedua Orang Tua Rasulullah | 219
dituliskan tersusun secara huruf mu’jam, dan ternyata jumlah
keseluruhan guru-guru terkemuka as-Suyuthi mencapai 51 orang.
Lalu juga disebutkan karya-karyanya yang sangat banyak,
komprehensif, sempurna, mencakup berbagai bidang ilmu, sangat
bermanfaat dan memuaskan, yang kesemuanya telah diedit dan
diteliti (muharrarah), dan menjadi buku-buku referensi utama; dan
ternyata tulisan beliau lebih dari 500 buah karya. Popularitas
karyanya tidak perlu disangsikan, bahkan seluruh karya-karyanya
sudah sangat populer di saat beliau masih hidup, mashur di seluruh
pelosok dunia; timur dan barat, beliau adalah di antara tanda-tanda
agung kekuasaan Allah dalam kecepatan menuliskan karya.
Bahkan ad-Dawudi, -murid beliau-, berkata: “Aku senatiasa
bersama syekh [as-Suyuthi], beliau dapat menuliskan dalam satu hari
tiga judul materi yang diedit beliau sendiri. Padahal di saat yang sama
beliau memberikan pelajaran tentang hadits-hadits Rasulullah,
mengurai beberapa hadits yang seakan bertentangan (muta’aridl)
dengan jawaban-jawaban yang sangat baik. Beliau adalah orang yang
paling alim pada zamannya dalam ilmu hadits dengan berbagai
aspeknya; baik tentang para perawi (rijal), yang gharib, matan,
sanad, dan pengambilan hukum dari hadits-hadits tersebut. As-
Suyuthi sendiri mengkabarkan tentang dirinya bahwa ia hafal
200.000 hadits, dan ia berkata: “Seandainya aku mendapati hadits
lebih dari jumlah tersebut maka aku pasti dapat menghafalnya, dan
kemungkinan di muka bumi ini tidak ada lagi hadits lebih banyak dari
jumlah itu”.
Ketika umur beliau menginjak 40 tahun maka beliau
menghabiskan sisa umurnya dalam konsenterasi ibadah kepada
Allah, murni beliau peruntukan hanya dalam kesibukan ibadah
kepada Allah, berpaling dari dunia dan seluruh penghuninya, hingga
seakan-akan beliau tidak lagi mengenal seorang-pun di dunia ini. Lalu
beliau mengoreksi kembali seluruh karya-karya yang telah beliau
tulis. Beliau tinggalkan urusan memberikan fatwa dan urusan
mengajar, beliau menyampaikan “permohonan maaf” untuk itu;
yang beliau tuangkan itu semua dalam karyanya berjudul at-Tanfis.
Beliau menghabiskan waktunya dalam kontemplasi di Rawdatul

