Page 220 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 220
218 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
pemetaan dalil-dalil hingga kepada kesimpulan final dalam ilmu
agama ini adalah tugas dan wewenang para ahlinya, yaitu tugas
semacam as-Suyuthi dan atau orang-orang sekelasnya, bukan tugas
kita orang-orang awam, (5) Setelah membaca biografi as-Suyuthi ini
kita menjadi paham dan punya keinginan untuk mengikuti apa yang
telah menjadi ketetapannya. Sesungguhnya seorang yang kita yakini
memiliki keistimewaan maka tentunya kita juga meyakini bahwa apa
yang dihasilkan oleh pemikirannya juga sesuatu yang istimewa.
Baiklah kita mulai tentang siapa as-Suyuthi;
Al-Kitani berkata: “Beliau adalah seorang imam, kebanggaan
ulama muta’akhirin, seorang yang sangat alim di antara ulama
agama, penutup para huffazh al-hadits; Abul Fadl Abdurrahman ibn
Abi Bakr as-Suyuthi asy-Syafi’i al-Mishri, wafat di Mesir tahun 911 H,
beliau adalah seorang yang sulit ditemukan tandingannya di antara
para ulama terkemuka di kurun akhir; pada hafalannya, pada
ketelitiannya, pada kontribusinya dalam berbagai bidang ilmu,
350
maupun pada jumlah karya-karyanya” .
Ibnul Imad al-Hanbali menuliskan:
“Jalaluddin as-Suyuthi asy-Syafi’i, seorang musnid, muhaqqiq,
mudaqqiq, penulis banyak karya agung yang sangat bermanfaat, lahir
pada pemulaan bulan Rajab 849 H, ayah beliau wafat saat beliau
berumur 5 tahun 7 bulan, saat ditinggal wafat hafalan al-Qur’an
beliau telah sampai surat at-Tahrim, lalu hafal keseluruhan al-Qur’an
dengan sangat lancar pada umur yang belum genap 8 tahun, beliau
juga hafal kitab ‘Umdah al-Ahkam, Minhaj ath-Tahlibin karya an-
Nawawi, Alfiyah Ibn Malik, dan al-Minhaj karya al-Baidlawi, dan
semua hafalannya itu telah disimak langsung oleh para ulama
terkemuka pada masanya hingga mereka semua memberikan ijazah
kepadanya.
Kemudian as-Suyuthi mendapatkan ijazah (semacam lisensi)
untuk memberikan fatwa dan mengajar. Murid beliau; ad-Dawudi,
dalam menuliskan biografinya menyebutkan nama-nama gurunya;
baik mereka yang memberi ijazah, membaca kepadanya, maupun
yang mendengar darinya (ijazatan wa qira’atan wa sama’an);
350 Fihris al-Faharis, al-Kitani, 2/101

