Page 229 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 229

Membela Kedua Orang Tua Rasulullah  |  227
            kehormatan  seorang  mukmin  adalah  seperti  darahnya.  Dengan
            demikian  jika  mencaci-maki  nasab  seorang  dari  kita  secara  mutlak
            digolongkan  sebagai  perbuatan  dosa  besar,  maka  betapa
            “mengerikan  dan  tidak  terhingganya  keburukan  adab”  jika  yang
            dicaci-maki  tersebut  adalah  nasab  pimpinan  kita;  Rasulullah,  yang
            bahkan  merupakan pimpinan  para nabi dan para rasul.  Demi  Allah
            sangat  buruk  orang  yang  berkata  di  hadapan  orang banyak  bahwa
            kedua orang  tua  Rasulullah  adalah  orang  kafir.  Na’udzu billah.  Kita
            berlindung dengan Allah dari kata-kata buruk semacam itu. Jelas itu
            adalah  kata-kata  buruk  dan  menyakitkan  yang  dapat  meruntuhkan
            tujuh  lapis  langit,  membelah  bumi,  dan  dapat  mengguncangkan
                           358
            gunung-gunung” .
                    Dalam  risalah  Itsbat  an-Najat  ini  Syekh  Ali  Afandi  ad-
            Dagestani  juga  menuliskan  beberapa  poin  penting  terkait  kedua
            orang tua Rasulullah yang kelak di akhirat akan selamat dan masuk
            surga. Catatan ini juga patut menjadi rujukan dan bahan renungan
            bagi kita. Berikut ini penulis kutip poin-poin penting risalah tersebut;
                    (1). Bahwa kedua orang tua Rasulullah termasuk ahlul fatrah
            [zaman  yang  vakum  dari  kenabian],  Allah  berfirman:  “Wahai  para
            ahli  kitab  telah  datang  kepada  kalian  utusan  (rasul)  Kami  yang
            memberikan penjelasan [keimanan] bagi kalian di atas masa fatrah
            para  rasul”  (QS.  Al-Ma-idah:  19),  juga  berfirman:  “Supaya  engkau
            (wahai  Muhammad)  memberikan  peringatan  kepada  suatu  kaum
            yang  tidak  datang  kepada  mereka  seorang pengingat-pun sebelum
            kamu;  supaya  mereka  mendapat  petunjuk”  (QS.  Al-Qashash:  46).
            Kedua orang tua Rasulullah wafat sebelum Rasulullah diutus menjadi
            nabi,  dengan  demikian  keduanya  hidup  di  zaman  fatrah,  yang
            karenanya  keduanya  tidak  terkena  siksaan.  Allah  berfirman:  “Dan
            tidaklah kami memberikan siksaan hingga mengutus seorang rasul”
            (QS.  Al-Isra’:  15).  Jika  kedua  orang  tua  Rasulullah  tidak  disiksa  di
            neraka maka berarti tempat keduanya adalah di surga, oleh karena di
            akhirat tidak ada tempat ketiga selain surga dan neraka.


                  358   Risalah  Itsbat  an-Najat  wa  al-Iman  Li  Waliday  Sayyid  al-Akwan,  ad-
            Daghestani, h. 7-8
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234