Page 99 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 99

Membela Kedua Orang Tua Rasulullah  |  97
            beliau  juga  mengakui  kebenaran  ajaran  nabi  Ibrahim,  bahkan
            mengungkapkan bahwa putranya tersebut [nabi Muhammad] kelak
            akan  menjadi  utusan  Allah  dengan  membawa  kebenaran  agama
            Islam  [yang  telah  diemban  oleh  nabi  Ibrahim  dahulu].  Seluruh
            ungkapan  syair-syair  ibunda  Rasulullah  ini  sangat  jelas  dan  nyata
            dalam menafikan syirik dan kufur.
                    Kemudian al-Hafizh as-Suyuthi telah meneliti seluruh ibunda
            para  nabi  terdahulu  sebelum  nabi  Muhammad,  dan  beliau
            mendapati  ternyata  mereka  semua  adalah  perempuan-perempaun
            mukmin,  tidak  seorang-pun  dari  mereka  yang  kafir  kepada  Allah.
            Ibunda nabi Ishaq, nabi Musa, nabi Harun, nabi Isa, dan ibunda nabi
            Syits;  yaitu  Hawwa  [istri  nabi  Adam],  mereka  semua  disebutkan
            dalam al-Qur’an, dan mereka semua adalah perempuan-perempuan
            mukmin. Lalu kemudian ada banyak hadits menyebutkan keimanan
            Hajar;  ibunda  nabi  Isma’il,  ibunda  nabi  Ya’qub,  ibunda  dari  putra-
            putra nabi Ya’qub, ibunda nabi Dawud, ibunda nabi Sulaiman, ibunda
            nabi Zakariyya, ibunda nabi Yahya, ibunda Syamuel, ibunda Syam’un,
            dan  ibunda  nabi  Dzul  Kifli.  Lalu  sebagian  ahli  tafsir  mencatatkan
            tentang keimanan ibunda nabi Nuh, dan ibunda nabi Ibrahim; yang
            pendapat ini telah dikuatkanoleh Ibnu Hayyan dalam kitab Tafsir-nya.
            Di  atas  telah  kita  kutip  riwayat  dari  sahabat  Abdullah  ibn  Abbas
            bahwa masa antara nabi Adam dan nabi Nuh tidak ada orang-orang
            tua para nabi yang kafir, karena itulah doa nabi Nuh, sebagaimana
            disebutkan  dalam  al-Qur’an:  “Ya  Allah  ampuni  bagiku,  dan  bagi
            kedua  orang  tuaku,  serta  bagi  orang  yang  masuk  dalam  rumahku
            dalam  keadaan  mukmin”  (QS.  Nuh:  28),  kemudian  pula  doa  nabi
            Ibrahim,  --juga  disebutkan  dalam  al-Qur’an--;  “Ya  Allah  ampuni
            bagiku, dan bagi kedua orang tuaku, dan bagi orang-orang mukmin
            pada  hari  terjadi  hisab”  (QS.  Ibrahim:  41).  Dalam  al-Qur’an  benar
            bahwa nabi Ibrahim tidak diperkenankan memintakan ampunan bagi
            “ayah”-nya,  tetapi  itu  tidak  termasuk  ibundanya,  dengan  demikian
            ibundanya  adalah  seorang  perempuan  mukminah.  Imam  al-Hakim
            telah  meriwayatkan  sebuah  hadits  dalam  kitab  al-Mustadrak,  dan
            disahihkannya, dari sahabat Abdullah ibn Abbas, bahwa ia berkata:
            “Seluruh  nabi  itu  berasal  dari  Bani  Isra’il  (keturunan  nabi  Ya’qub),
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104