Page 98 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 98

96  |  Membela Kedua Orang Tua Rasulullah

            “Agama moyangmu yang baik; yaitu Ibrahim. Maka demi Allah aku
            mencegahmu  dari  segala  berhala,  janganlah  engkau  bersandar
            [menyembah]  kepada  berhala-berhala  tersebut  bersama  kaum-
            kaum”.

                    Kemudian  Aminah  berkata:  “Setiap  yang  hidup  akan  mati,
            setiap yang baru akan hancur, setiap yang besar akan punah, dan aku
            adalah  mayit  [menghadapi  kematian],  dan  namaku  akan  tetap
            dikenang,  aku  sungguh  telah  meninggalkan  kebaikan,  dan  aku
            dilahirkan  sebagai  seorang  yang  suci”,  maka  kemudian  Aminah
            wafat.  Dan  di  saat  itu  kami  mendengar  rintihan  jin  berduka  atas
            wafat-nya  Aminah,  dan  kami  hafal  di  antara  yang  diungkapkan  jin
            tersebut adalah:










            “Kami  menangisi  seorang  perempuan  baik,  seorang  yang  memiliki
            kecantikan, terpelihara, dan seorang yang tenang”

            Ia  adalah  istri  Abdullah  dan  temannya  [teman  hidup;  istri],  dialah
            ibunda dari seorang nabi Allah yang memiliki ketenangan”

            Ibunda dari seorang pemilik mimbar di Madinah; yang telah menjadi
                                            157
            tebusan [tempat] bagi makam-nya” .
                    Perhatikan,  untaian  bait-bait  syair  ini  sangat  jelas  bahwa
            ibunda  Rasulullah;  Aminah  telah  melarang  menjadikan  berhala-
            berhala  sebagai  sesembahan  bersama  orang-orang  kafir  saat  itu,

            adalah  dengan  kata  “bit  takhfif”,  dengan  demikian  maknanya  adalah;  “Engkau
            (wahai  Muhammad)  diutus  dengan  ajaran  yang  ringan  [ajaran  yang  mudah;  yaitu
            Islam]”. Lihat al-Hawi Li al-Fatawi, h. 222
                  157   al-Hawi  Li  al-Fatawi,  2/220  mengutip  dari  Dala-il  an-Nubuwwah,  karya
            Abu Nu’aim al-Ashbahani.
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103