Page 117 - Art of Ericksonian Hypno
P. 117

The Art of Ericksonian Hypnosis: Prinsip-Prinsip Mendasar dan Penerapannya


                   Saya tanyakan kepada Denny, yang dianggap ngeyelan, apakah ia memang
                   ingin membantah sugesti.

                   Denny menceritakan bahwa waktu itu ia diminta membayangkan ada lem
                   yang kuat sekali menyatukan jari telunjuk dan ibujarinya sehingga kedua jari
                   tersebut melekat dan ia tidak bisa membukanya. Uji sugestibilitas dilakukan,
                   tetapi Denny dengan mudah bisa memisahkan ibujari dan jari telunjuknya.
                   “Saya tidak merasakan adanya lem, sehingga dengan mudah bisa saya buka,”
                   kata Denny.

                   “Nah, dia ngeyel seperti itu,” kata Mas Moel. “Diminta membayangkan lem
                   dia tidak mau membayangkan.”

                   Mereka berdua berdebat tentang itu. Saya tanyakan kepada Denny, apakah
                   sebetulnya dia pengen dihipnotis. “Saya pengen,” katanya. “Hanya ketika itu
                   saya tidak melihat ada lem.”

                   “Ya, sampean sudah dengar sendiri, Mas, dia ingin dihipnotis,” kata saya
                   kepada Mas Moelyono. “Sekarang dicoba lagi, beri tahu bagaimana
                   memasuki trance.”

                   “Nggak mau saya,” kata Mas Moel. “Dia ngeyel sekali.”

                   “Dia mau, kok, dia pengen... dia pengen mengalami situasi trance,” kata
                   saya.

                   Pemimpin redaksi tampaknya sungkan, atau tidak mau dibantah dua kali oleh
                   orang yang sama.

                   “Kenapa anda menolak orang yang pengen mengalami hipnosis?” tanya saya.

                   Pak Pemimpin Redaksi tetap mengatakan bahwa Denny suka membantah
                   sugesti. Saya memintanya membuktikan apakah benar dia tidak mau
                   mengikuti sugesti seperti yang ia katakan.

                   “Tapi dia beriman pada saya,” kata saya.

                   Kami tertawa.

                   “Dia mempercayai saya, dan dia bisa mengikuti apa yang saya katakan. Saya
                   tidak pernah melihat dia sebagai orang yang membangkang. Kami pernah
                   satu kantor dan dia selalu mengikuti apa yang saya katakan.”




                   A.S. Laksana                                                                       117
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122