Page 75 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 75
Memahami Makna Bid‟ah | 73
ِ ِ
ِ
ِ
ٍ
ِ
ِ
ََ لَامَعدتػباوَ،رامْ غَمأاَءافعُّ ضلاَىَ لعَويفَسبلػكَـيب َ َ كبَكلذَقي ِ
َ َ
َ
َ ْ
ََ
ْ َ َ ََْ َ
ُ ُ
َ
ِ
ِ
ِ ِ
ِ
ِ
َ .راصعَمأاَرئاسَقيَويَ لإَقبسك
َ ْ
ْ ْ َْ ُ
َ
“Ketahuilah bahwa boleh dan bagus bertawassul, melakukan
isti‟anah dan tasyaffu‟ dengan Nabi kepada Tuhannya subhanahu wa
ta‟ala. Kebolehan dan bagusnya tawassul tersebut termasuk perkara
yang sudah maklum bagi setiap orang yang faham agama, telah
populer dari perilaku para Nabi dan Rasul serta sejarah para Salaf
Shalih, para ulama dan kalangan awam dari ummat Islam, tidak
ada, bahkan tidak pernah terdengar seorangpun yang mengingkari
hal itu di zaman kapan-pun hingga datang Ibnu Taimiyah dan
berbicara tentang pengingkaran tersebut dengan perkataan yang
mengelabui orang-orang yang lemah dan tidak berilmu, dan Ibnu
Taimiyah-pun dengan begitu telah membuat bid‟ah yang tidak
pernah ada yang mendahuluinya dalam semua masa yang telah
63
lewat”.
(Lima): Bid‟ah sesat dalam membagi tauhid kepada tiga
bagian; tauhid Uluhiyyah, tauhid Rububiyyah, dan tauhid al-Asma‟
Wa ash-Shifat. Dirintis pertama kali oleh Ibnu Taimiyah, yang
kemudian diikuti oleh para pengikutnya, kelompok Wahhabiyyah.
Pembagian tauhid seperti ini sama sekali tidak memiliki dasar,
baik dari al-Qur‟an, hadits, dan tidak ada seorang-pun dari para
ulama Salaf atau seorang ulama saja yang kompeten dalam
keilmuannya yang membagi tauhid kepada tiga bagian tersebut.
Pembagian tauhid kepada tiga bagian ini adalah diantara bid‟ah
ekstrim Ibnu Taimiyah dari sekian banyak faham-faham
ekstrimnya, yang kemudian pendapat ini diikuti oleh kaum
Musyabbihah masa sekarang; mereka mengaku datang untuk
63 At-Taqiyy as-Subki, Syifa‟ s-Saqaam, h.160.