Page 80 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 80

78  | Memahami Makna Bid‟ah

            madlul-nya; karena langit, bumi, bintang, bulan dan matahari sama
            alasan kebaharuannya, yaitu kebendaannya (masing-masing sama-
            sama memiliki ukuran), jadi wajib diputuskan jika setiap jism pasti
            baharu dari sisi bahwa ia jism maka wajib dikatakan bahwa setiap
            jism  itu  baharu,  inilah  yang  dimaksud  Thard  ad-Dalil
            (pemberlakuan  secara  konsisten  terhadap  dalil  pada  semua
            cakupannya)”.

                    (Delapan): Bid‟ah sesat kaum Musyabihhah Mujassimah
            (golongan yang menyerupakan Allah dengan ciptaan-Nya) yang
            mengatakan  bahwa  Allah  adalah  benda  (jism)  yang  memiliki
            bentuk dan ukuran. Bid‟ah sesat kaum Musyabbihah Mujassimah
            ini juga diyakini dan diusung oleh Ibnu Taimiyah, sebagaimana ia
                                                                        79
            tegaskan dalam karya-karyanya, seperti Syarh Hadits an-Nuzul ,
            Muwafaqah Sharih al-Ma‟qul Li Shahih al-Manqul , Minhaj as-Sunnah
                                                        80
                                            82
                                                                      83
            an-Nabawiyyah , Majmu‟ al-Fatawa , Bayan Talbis al-Jahmiyyah.
                          81
            Keyakinan bid‟ah ini menyalahi apa yang telah disepakati oleh
            Ahlul  Haq  yang  telah  menetapkan  bahwa  Allah  bukan  jism,
            bukan benda, dan maha suci dari segala bentuk dan ukuran. Al
            Imam Abu Hanifah dalam al-Fiqh al-Akbar berkata:
                                       ِ
                                                   ِ
                                      ِ
                             ِ ِ
                  ٍ
                          ٍ
                  َرىوجَىاوَمسجَيببَوػتابػْثإَءى شلاَحٌعموَ، َ ءايشَمأاكَىاَءىشَوىو
                                                        َ َ
                                                     ْ
                                  ُ ُ
                               َ
                       َ
                   َْ َ َ ْ
                                             َ ْ ََ
                                    َ
                                        ْ
                                                               َ َُ
                                                                 َ
                                                    َ
                                                            ٌ ْ
                               ِ
                                              ِ
                                      ِ
                              ْ َ
                         َ ػىا  .وَ لَلثمَىاوَوَ لَ دنَىاوَوَ لَ دضَىاوَوػَ لَ دحَىاوَ، ٍ ضرعَىاو َ
                                                         َ
                                                 َ
                                        َ
                                                                َ َ
                                                  َ ُ
                                         َ ُ
                                                       َ َ
                                  َ ُ
                                                               َ
                           ُ َ
            “Allah adalah sesuatu yang ada tapi tidak seperti semua yang ada,
            makna syai‟ adalah menetapkan adanya Allah tanpa berupa jism

                   79  Ibnu Taimiyah, Syarh Hadits an-Nuzul, h. 80
                   80  Ibnu Taimiyah, Muwafaqah Sharih al Ma‟qul Li Shahih al Manqul, j. 1,
            h. 162 dan h. 148
                   81   Ibnu  Taimiyah,  Minhaj  as-Sunnah  an-Nabawiyyah,  j. 1, h. 197, 180,
            dan 204
                   82  Ibnu Taimiyah, Majmu‟ al-Fatawa,  j. 4, h. 152
                   83  Ibnu Taimiyah, Bayan Talbis al-Jahmiyyah, j. 1, h. 101
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85