Page 85 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 85

Memahami Makna Bid‟ah | 83
                                        ِ
                                ِ
                         ِ
                                                     ِ
                                                          ِ ِ
                  َللاوَ،ذُقوُ لخم َ ْ لاَؼاصوَأوَثدْ ـٟاَ ِ ضارعَأَنمَاُ هُيبكوَفوُ كسلاب ِ
                                                       َ َ
                                                                 ُّ
                                          َ
                                                 ْ
                                                َ ْ
                                          َ
                                                           َ ْ
                                   َ ْ َ
                  ُ َ َْ ْ ْ َ
                                                     ٍ
                                                  ْ
                                                َ ُ َ
                                            َ َ  ػىاَ. امهػنعَؿاعػتمَ َ لىاعػتوَ َ ؾرابػت َ
                                                            ََ
                                                              َ َ َ
                                                       ََُ
            “Allah tidak boleh disifati dengan bergerak, karena bergerak dan
            diam berlaku bagi satu subyek, yang bisa disifati dengan bergerak
            adalah yang bisa disifati dengan diam, dan keduanya adalah sifat
            sesuatu  yang  baharu  dan  sifat  makhluk,  Allah  maha  suci  dari
            keduanya, Allah tidak menyerupai sesuatu-pun di antara makhluk-
                   98
            Nya.”
                    (Sebelas): Bid‟ah sesat keyakinan bahwa Allah memiliki
            hadd  (ukuran).  Ini  adalah keyakinan kaum Hasyawiyyah, sekte
            kaum  Musyabbihah.  Keyakinan  ini  juga  diyakini  oleh  Ibnu
            Taimiyah dan diusungnya. Ia menuliskan keyakinannya ini dalam
            banyak karyanya yang kemudian diikuti oleh para pecintanya, di
                                                                        99
            antaranya dalam Muwafaqah Sharih al-Ma‟qul Li Shahih al-Manqul ,
                                    100
            Bayan Talbis al-Jahmiyyah.
                    Adapun  keyakinan  Ahlussunnah;  Allah  bukan  benda,
            Allah  maha  suci  dari  segala  batasan  (al-hadd)  dan  ukuran  (al-
            miqdar).  Al-Imam Abu Ja‟far ath-Thahawi -semoga Allah meridlainya-
            (w 321 H) berkata:
                  ِ
                                           ِ
                                   ِ
                           ِ
                  َءاػضعَمأاوَ فاػكرَمأاوَ تاكاػغْ لاوَ دو َ دػْ ـٟاَ ِ نعَ )للاَ ِ خٍعػك(َ ىػَ لاعػت
                             َ
                    َ ْ
                                                                  ََ
                                       َ
                                                   َ َ
                                             ُ ْ
                                     َ َ
                                                           َْ
                                              ُ
                              ْ َ
                         َ
                                                              ِ
                                                           َ ػىا  .تاودَمأاو
                                                                ََ َ
            “Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar,
            artinya; Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), maha suci

                   98  al-Bayhaqi,  al-Asma‟ Wa ash-Shifat, h. 454-455.
                   99  Ibnu Taimiyah, Muwafaqah Sharih al Ma‟qul Li Shahih al Manqul, j. 2,
            h. 29-30
                   100   Ibnu Taimiyah, Bayan Talbis al-Jahmiyyah, j. 1, h. 111, 427, 433, dan
            445
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90