Page 93 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 93
Memahami Makna Bid‟ah | 91
menyalahi al-Qur‟an, Sunnah dan Ijma‟, tidak memiliki dalih (syubhat)
120
apalagi hujjah (sama sekali tidak ada)”.
(Lima Belas): Bid‟ah pengingkaran terhadap takwil tafshili
dari para ulama Salaf. Bid‟ah ini diyakini dan disebarkan oleh
kaum Musyabbihah, oleh karena dasar keyakinan mereka adala
berpegang teguh dengan makna zahir teks-teks mutasyabihat.
Mereka sangat anti terhadap takwil. Nahkan berkembang di
kalangan mereka semacam kaedah yang mereka buat sendiri,
mengatakan “al-mu‟awwil mu‟aththil”, artinya; orang yang
melakukan takwil maka ia sama dengan mengingkari dan
mendustakan teks-teks syari‟ah. Lalu untuk “menjual” keyakinan
bid‟ah ini mereka berkata bahwa para Ulama Salaf tidak pernah
memberlakukan takwil tafshili. Faham bid‟ah ini juga diyakini dan
diusung oleh Ibnu Taimiyah sehingga menjadi landasan ajaran
para pengikutnya dalam cara beragama mereka. Ibnu Taimiyah
menyebutkan fahamnya ini dalam kitabnya berjudul Majmu‟ al-
Fatawa121.
Sementara fakta dan data yang sahih menunjukkan bahwa
sebagian ulama Salaf melakukan takwil tafshili. Di antaranya
sebagai berikut:
1. Al-Imam „Abdullah ibn „Abbas mentakwil kata “Saq”,
firman Allah dalam QS. al-Qalam: 42, sebagaimana
diriwayatkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-
Bari.122 Ibnu „Abbas juga mentakwil beberapa ayat
lain seperti kata “Nur” dalam firman Allah dalam QS.
an-Nur:َ35 sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hafizh
al-Bayhaqi dalam al-Asma‟ Wa ash-Shifat.123
120 At-Taftazani, Syarh al „Aqidah an-Nasafiyyah, h.140.
121 Ibnu Taimiyah, Majmu‟ al-Fatawa, j. 6, h. 394
122 Ibnu Hajar, Fath al-Bari, j. 13, h. 428
123 al-Bayhaqi, al-Asma‟ Wa ash-Shifat, h. 100