Page 13 - Ten Myths about Israel
P. 13
Pemisahan konteks dan motif sejarah dari peristiwa-peristiwa
ini menjadi dalih bagi pemerintah Israel untuk mengambil
kebijakan-kebijakan yang dahulu mereka hindari dengan alasan
etis, taktis, atau strategis. Maka, serangan 7 Oktober digunakan
sebagai dalih bagi Israel untuk menjalankan kebijakan genosida
di Jalur Gaza. Aksi 7 Oktober juga merupakan dalih bagi Amerika
Serikat untuk menegaskan kembali dominasinya di wilayah
tersebut setelah bertahun-tahun absen. Selain itu, aksi tersebut
juga menjadi alasan bagi beberapa negara Barat untuk melanggar
dan membatasi kebebasan demokrasi atas nama perang baru
melawan teror.
Dekontekstualisasi sejarah ini juga memperlihatkan ketidak-
sesuaian antara pesan-pesan dukungan dan solidaritas untuk
Israel dari pemerintah Barat dengan cara Israel menafsirkan
pesan-pesan tersebut. Meskipun mungkin dimaksudkan untuk
mengekspresikan simpati, pesan-pesan tersebut dipahami Israel
sebagai sikap masa bodoh Barat atas pelanggaran di masa lalu
terhadap hukum internasional dan hak-hak dasar Palestina serta
akhirnya memberikan kelonggaran bagi Israel untuk melanjutkan
serangan masif ke Gaza.
Seperti yang akan ditunjukkan dalam buku ini, konteks
historis isu Palestina berada lebih jauh dan lebih dalam daripada
yang dijelaskan oleh Sekjen PBB. Bahkan, kita dapat kembali ke
pertengahan abad ke-19, ketika Kekristenan Evangelis mengubah
ide “kembalinya orang Yahudi” menjadi sebuah kewajiban religius
sekaligus milenium, serta mengampanyekan pendirian sebuah
negara Yahudi di Palestina sebagai salah satu langkah menuju
kebangkitan, kembalinya Almasih, dan akhir zaman.
Prakata 2024 xi

