Page 16 - Ten Myths about Israel
P. 16
Palestina pernah atau masih dipenjara dan dikurung paksa tanpa
pengadilan, menjadi sasaran hukuman kolektif, dilecehkan
oleh pemukim Israel, dan hak mereka untuk menentukan masa
depan dirampas. Sejak pemerintahan mesianis fundamentalis
Israel terpilih pada November 2022, semua tindakan brutal ini
telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya
dalam hal jumlah penduduk Palestina yang dibunuh, dilukai, dan
ditangkap. Selain itu, pemerintah tersebut juga mengeluarkan
kebijakan baru yang agresif dan mengincar tempat-tempat suci
umat Kristen dan muslim di Yerusalem.
Kemudian, ada juga konteks historis dari (hampir) dua
dekade embargo di Jalur Gaza yang dimulai setelah Israel
mengun durkan diri pada 2005. Hal ini sangat mirip dengan
Perjanjian Oslo yang kerap ditampilkan sebagai sikap murah hati
Israel. Dalam praktiknya, tindakan demikian merupakan taktik
untuk melancarkan jenis penjajahan berbeda yang dirincikan
dalam buku ini dan menyibak mitos-mitos seputar Oslo.
Pada 2020, PBB memperingatkan bahwa embargo Gaza
tidak lah berkelanjutan dan tidak pula manusiawi. Harus diingat
bahwa embargo adalah respons Israel atas hasil pemilihan umum
yang dilakukan secara demokratis di rakyat Jalur Gaza yang—
setelah pengunduran diri sepihak Israel—lebih memilih Hamas
daripada Otoritas Palestina sebagai pemerintahan berikutnya.
Lebih penting lagi untuk melihat kembali realitas pada 1994.
Ketika Gaza sudah dikelilingi oleh kawat berduri dan terputus
dari Tepi Barat, Israel menyangkal adanya hubungan sejarah
di teritori Palestina. Penyangkalan ini menafikan gagasan two-
states solution di masa depan. Hal itu terjadi setahun setelah
penandatanganan Perjanjian Oslo yang semula bertujuan
mewujudkan perdamaian dua negara. Tembok embargo Gaza
xiv Ten Myths about Israel

