Page 6 - Panduan Peningkatan Kebermaknaan Hidup dalam Pencegahan Pelanggaran Lalu Lintas Menggunakan Teknik Modeling Setting Kelompok
P. 6
tersebut (Sadono, 2015). Hal ini tertuang dalam UU RI Nomor 22 Tahun 2009,
yang di dalamnya berisi tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
Beberapa bentuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh
kalangan remaja diantaranya: 1) berkendara dengan cara yang
membahayakan ketertiban atau keamanan lalu lintas (Rakhman, 2016), 2)
mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan
administrasi (Rakhmani, 2013), 3) membiarkan kendaraan bermotor
dikemudikan oleh orang lain yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM)
(Umi Enggarsasi, 2017), 4) mengendarai kendaraan melebihi batas
kecepatan yang ditentukan, menerobos lampu lalu lintas, berkendara
zigzag dengan kecepatan tinggi, tidak melengkapi alat keselamatan
seperti halnya tidak menggunakan helmet, spion, dan lampu-lampu
kendaraan (Sadono, 2015).
Salah satu momen puncak pelanggaran lalu lintas yang sering kita
dapati dan dilakukan oleh para siswa-siswi tingkat akhir adalah menjelang
kelulusan ujian negara di mana banyak siswa-siswi yang mengekspresikan
kelegaan mereka dengan corat-coret baju seragam dan trek-trekan atau
konvoi yang dilakukan untuk menyambut kelulusan. Aksi tersebut
beberapa berdampak negatif seperti trek-trekan atau pawai yang
menimbulkan aksi ugal-ugalan di jalan raya yang bisa membahayakan
pengguna jalan lain (Susanto et al., n.d.). Hal ini menggambarkan
lemahnya kesadaran masyarakat khususnya remaja tehadap peraturan
berlalu lintas. Padahal pendidikan keselamatan berlalu lintas sendiri tidak
henti-hentinya diberikan oleh pihak kepolisian, guna mengingatkan dan
menanamkan budaya keselamatan dalam berdisiplin berlalu lintas
khususnya para siswa.
Akibat dari pelanggaran lalu lintas adalah kecelakaan lalu lintas
yang sangat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Hal ini dibuktikan
bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan “pembunuh nomor tiga” dunia
setelah penyakit jantung dan TBC (Agung, 2014). Data WHO tahun 2016
mencatat 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya dalam kecelakaan
lalu lintas dan 50 juta menjadi penyebab utama kematian dikalangan
anak muda berusia 15 sampai 29 tahun (Handayani et al., 2017).
Data Korps Lalu Lintas Republik Indonesia menyebutkan bahwa
setiap tahun terdapat 28.000-38.000 orang meningggal akibat kecelakaan
lalu lintas di Indonesia. Jumlah tersebut membuat Indonesia berada
diperingkat ketiga negara dengan rasio tertinggi akibat kecelakaan lalu
lintas (Rudi, 2017). Kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia sendiri terus
mengalami peningkatan dari tahun 2015 sampai tahun 2018.
Kepolisian Daerah Sumatera Barat (Polda Sumbar) dikutip dari
republika juga mencatat bahwa terdapat kenaikan jumlah kecelakaan
lalu lintas (lakalantas) dan pelanggaran lalu lintas disepanjang tahun 2018.
Kapolda Sumbar menyebutkan jumlah lakalantas di tahun 2018 sebanyak
2.912 kasus naik 17% dibanding pada tahun 2017 sebanyak 2.862 kasus.
Page 2