Page 14 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 14
sadar tetaplah kini aku mulai mengeluh, aku merindukannya
Tuhan, Salahkah?
Haruskah aku memerankan diri sebagai Danau Air
Mata seperti dalam kisah legenda, danau air tawar segar
yang mengubah isinya menjadi air asin seperti airmata
karena merindukan sosok Narcissus, seorang muda yang
sebelumnya setiap hari berlutut di tepi danau untuk
mengagumi keindahan diri sendiri melalui pantulan
bayangannya di hamparan air seperti cermin dan terpesona
oleh dirinya sendiri hingga suatu pagi ia jatuh ke dalam
danau itu dan tenggelam. Haruskah aku menjadi danau itu
dengan kini menangis tersedu merindukan tuanku yang dulu
sering juga menuliskan pujian-pujian untuk dirinya sendiri.
Apakah tuanku sebenarnya juga seperti Narcissus yang
mengagumi dirinya sendiri dan pada akhirnya tuanku
melebur masuk ke dalam tubuhku? Seperti halnya Narcissus
tenggelam ke dalam danau. Apakah mungkin seperti itu? Ah,
aku hanya pandai menduga-duga, sejatinya tentang tuanku
hanya ia sendirilah yang tahu pastinya.
Kerinduanku ini membuatku bingung, aku bagaikan
nelayan yang kehilangan arah, harus apa dan
bagaimanakah diriku ini? Bahkan di malam ini, ketika
kesunyianpun masih tetap membisu, semilir angin malam
menusuk sum-sum masuk melalui ventilasi jendela, dan
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
14

