Page 15 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 15
langit yang penat tanpa hadirnya rembulan dan gemintang,
malam gelap, pekat. Aku masih tetap kosong dan hampa,
tubuhku masih putih bersih dan aku kini menginginkan noda
itu, noda hitam yang keluar dari ujung benda tumpul sahabat
intimku, yang tentunya digerakkan oleh tuanku.
Bagiku, apalah guna putih bersih tanpa cinta, ternoda
dan kotor kadang lebih baik kiranya, ingin rasanya aku beri
rangsangan padanya untuk bangkit bernafsu mencumbuiku
dengan ganasnya bergumul dengan kata-kata, hingga
nantinya klimaks dan mengejakulasikan gagasan-gagasan
penting dalam rahimku dan selanjutnya kulahirkan menjadi
buah karya yang membahana.
***
Pagi mulai meraba cakrawala, kulihat cahaya mentari itu dari
balik lubang bening atap rumah, genting kaca yang
membuatku tahu adanya ia. Tuanku bangun dari alam
mimpinya tapi tetap belum menyapa, tak seperti sebelum
sebulan yang lalu, biasanya setiap membuka mata ia
langsung mencariku, membubuhkan cinta melalui tinta
padaku. Entah apa salahku? Atau apa yang terjadi pada
dirinya? Hal seperti bagaimanakah yang mampu membuat
ianya berubah? Otakku telah penuh berdesakan tandatanya.
Ku pandangi gelagat tuanku, tingkahnya yang tanpa
mencuci muka terlebih dahulu sudah memegang berita
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
15

