Page 18 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 18

gelas  berisi  air  kecoklatan  hasil  asimilasi  zat-zat  kimiawi,

           tetapi  itu  semua  tak  mampu  memberiku  tahu  sebagai

           kehangatan karena hatiku yang masih saja dingin, sedingin
           embun pagi di musim salju, tanpa seorang kekasih.

                  Perlu waktu lama bagiku untuk menghabiskan sajian
           di  pagi  ini,  seperti  lamanya  diriku  menantikan  pujaan  hati

           yang  kelak  bersamaku  mengarungi  indahnya  samudra
           kehidupan, dengan lika-liku ombak masalah yang pasti akan

           terselesaikan, hingga bersama berlabuh di pulau kedamaian

           surga.  Memang  suasana  disekitarku  ramai  secara  indrawi
           penglihatan, tapi runguku tetap saja sunyi, hanya dentang

           jarum jam sajalah yang bisa kudengar, tidakkah itu terlalu
           memilukan?

                  Aku sudah hampir saja putus asa dan beranjak pergi

           dari  tempatku  mendudukkan  tubuh  yang  meringkih  dalam
           kesendirian  ini,  andaikan  saja  tak  kudengar  suara  cantik

           yang  merambah  dari  pita  suara  bibir  manis  itu  melalui
           gelombang  penghantar  dan  menelusuk  ke  gendang

           telingaku.  Refleks  saja  hatiku  seketika  bergemuruh  bagai

           gejolak  riak  air  terjun  yang  tak  karuan  kiranya,  menyadari
           bahwa suara itu datang pastilah dari sosok hawa ber-raga

           bidadari  dan  berhati  penuh  cinta,  dan  ketika  kutolehkan
           pandanganku, benarlah, dia adalah dia yang menjadi 'Eros'

           hatiku ini.
           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                            18
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23