Page 21 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 21
"Iya, seperti yang kau lihat ini, kau juga?" Jawabku
dengan masih berwajah datar.
"Tidak, aku sedang menunggu seseorang, aku ada
janji." Wajahnya menolah-noleh menunjukkan pencarian
sosok yang ditunggui.
"Ooh seperti itu." Tanggapku cuek saja, sambil
mengaduk es teh.
Ia diam, akupun sama, tak lama setelahnya datang
seorang lelaki sebaya denganku duduk dan berada
disampingnya. Tidak terlalu tampan tetapi menunjukkan
sosok elit mapan yang rapi dan mengesankan, ia tundukkan
kepala sopan kepadaku, akupun balas dengan hal yang
sama. Aku diam dan kuambil buku dalam tas, berpura-pura
membacanya tapi sebenarnya fokus mendengarkan dan
sesekali memperhatikan mereka.
"Gimana kamu kuliahnya disini ndugh?" Tanya lelaki
itu padanya, panggilan 'ndugh'? Setahuku itu adalah
panggilan sayang dari seorang kepada wanita yang
menandakan suatu kedekatan.
"Biasa saja, mas sendiri? Bagaimana dengan
kuliahnya mas di Jogja?" Jawabnya dengan manja, tak
biasanya kulihat ia sesenang itu.
Obrolan mereka semakin asyik saja berbanding
terbalik denganku yang semakin membara terbakar
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
21

