Page 22 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 22
kecemburuan yang seharusnya aku tak punya hak untuk itu.
Dari yang mereka bicarakan, aku bisa mengetahui bahwa
lelaki itu adalah mahasiswa jurusan hukum di perguruan
tinggi ternama di Jogja. Aku yang tak kuasa lagi menahan
gejolak amarah ini, beranjak berdiri menjauh dari keduanya,
menuju kasir kantin, membayar dan pergi. Sekilas aku masih
melihat mereka berdua dari belakang, dan sepertinya adaku
memang tak berarti baginya. Ia masih asyik bercanda ria
dengan lelaki yang aku yakini adalah kekasihnya.
***
Memang hati tak mudah berpaling dari kecintaannya,
meskipun yang dirasakannya hanyalah duka dan rundung
lara, seperti halnya ngengat yang tak bisa berpaling dari
cahaya lampu kota, meskipun yang dirasakannya hanya
panas menyengat tubuhnya. Kecintaanku pun sama, aku
mencintainya meski hatiku terluka, aku menyayanginya
meski ku tahu dia telah berpunya.
***
"Besok ada diskusi tentang 'perempuan TKW' di kampus,
engkau bisa ikut?" Tanyaku padanya lewat pesan elektronik.
"Oh terimakasih atas infonya, tapi sayangnya aku
tidak bisa mengikutinya mas, besok aku akan ke jogja"
balasnya.
"Acara apa ke sana?"
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
22

