Page 17 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 17

manusia  pikirkan,  padahal  mereka  tak  menahu  bahwa

           akupun bisa merasa frustasi jika terus tak digauli, jika aku

           hanya tergeletak tak berisi goretan 'mangsi', bahkan kadang
           aku sampai cemburu pada tembok yang bergambar graviti

           menghiasi ruangan ini, atau buku milik bocah taman kanak-
           kanak  yang  hanya  berisi  lukisan  abstrak  dari  corat-coret

           krayon warna-warni.
                                          ***
           Di  sudut  meja  penjual  nasi  untuk  sarapan  atau  minum

           sekaligus istirahat, tersaji teh hangat beserta nasi yang telah
           terlumuri     minyak     panas      beserta     bumbu-bumbu

           penyedapnya, aku sudah duduk dari tadi menantinya, bukan
           menanti  pengganjal  perut  di  pagi  ini,  tetapi  menanti

           seseorang yang bisa menemaniku setiap hari, untuk sekedar

           duduk disampingku dan atau bercerita padaku tentang hari-
           hari yang dijalaninya.

                  Sudah dari satu lebih setengah tahun yang lalu aku

           menjalani  kesendirian,  tanpa  sosok  pengingatku  terhadap
           janji Tuhan, katanya manusia itu tercipta dengan berpasang-

           pasangan,  tetapi  aku  masih  saja  sendiri,  ya  aku  tahu
           mungkin  ini  memang  cobaan  untuk  kesabaranku,

           mengikhlaskan diri dalam kesendirian dan sepi.
                  Menyentuh  kehangatan  piring  yang  menghantarkan

           panas  dari  nasi  yang  berwarna  kecap,  serta  hangat  kuku

           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                            17
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22