Page 19 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 19
Ah, tapi dialah yang membuat sepi jiwaku dari adanya
bahagia, keyakinanku yang telah lama terbangun menjadi
istana yang kusebut 'kastil cinta', hancur lebur karenanya.
Harapanku menjadi keping-keping putus asa, setelah ia tolak
cinta suciku di malam itu, saat bintang dan bulan
membersamai kami berdua dalam indahnya harmonika alam
raya.
Malam itu menjelang fajar, disaat berdua dalam
duduk yang ia bersandar di bahuku, aku kira itu momen yang
tepat.
"Ketika aku mencintaimu dengan sepenuh
kesemuaanku, apakah kau kan membalasnya dengan cita-
cinta?" Ungkapku hadapannya beriringkan suara-suara
binatang malam.
Mulutnya membisu, suaranya hanya desahan nafas
saja, ia lepas sandarannya, matanya menatap rerumputan
yang mulai mengembun, dan diamnya berfikir menjawabku,
serta aku hanya menunggu sembari melihat gemintang di
angkasa, sementara semilir angin gunung tiada hentinya
mencoba bekukan urat-urat nadiku.
"Apakah kiranya kau tak mengindahkan permintaan
rasaku? Ataukah diammu ini sebagai tanda penyambutan
cinta?" Kutegaskan suara memandangnya yang hanya
menunduk diam.
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
19

