Page 12 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 12
terkadang manusia lupa. Dalam hidup ini tak ada seorang pun
yangsempurna.
Langit malam pekat bersesak bintang. Jam dinding di
sudut ruang tamu Mbak Win menunjukkan pukul 23.00 WIB.
Whoaahhh... sebenarnya aku sudah mengantuk. Tapi,
bagaimanapun aku harus menyelesaikan lukisanku, eh, bukan
lukisan, hanya sketsa wajah, wajahnya Mas Dedi. Ya. Aku ingin
memberikan kenang-kenangan ala kadarnya sebagai bukti rasa
simpatiku im. Bukan pamer! Tapi ini satu-satunya kemampuan
yang bisa dibanggakan dari seorang Arin yang tak pernah
mendapat ranking sekalipun semasa sekolah.
Hhh, akhirnya selesai juga sesosok wajah tenang terlukis
di atas kertas HVS putih ukuran 180 x 257 mm. Kubungkus
dengan kertas coklat yang ada di meja kerja Mbak Win. Lalu
kuletakkan disamping tempat tidur. Aku yakiii, Mas Dedi pasti
suka.
Kutata baju yang akan kubawa pulang dan kucek sekali
lagi isi tasku.
"Yup! Komplit!"
Kreekkk.... Pintu kamarmu terbuka, "sekonyong-
konyong" Mbak Win masuk dengan membawa selimut dan
guling kesayangamiya.
"Rill, Mbak Win tidur sini ya, Mbak Win tidak bisa tidur!"
sebelum matanya terpejam, pandangan Mbak Win menangkap
bungkusan coklat di tepi tempat tidurku. Lukisanku!
" Apa ini Rin?"
Cepat-cepat kuambil bungkusan itu, tapi tetap saja
Dt RS] Hmi ItH... fl'itnaiii SMAN 1 Boja Kcndal)

