Page 16 - Cikal Cerita rakyat dari DIY
P. 16
“Pesan apa yang ingin disampaikan?”
“Tidak tahu, Ki. Tampaknya sesuatu yang penting.”
“Penting? Ada apa gerangan?” kata Ki Redi dengan nada penuh tanda
tanya. Setelah itu, bersama dengan Ki Reksaka, Ki Redi pun pergi menuju
rumah Ki Mangli. Dalam perjalanannya itu, Ki Redi menduga-duga masalah
penting apa yang ingin disampaikan kakaknya itu kepadanya. Ia berharap,
jika memang ada masalah, masalah itu bukan perkara yang rumit.
“Redi, Adikku,” kata Ki Mangli kepada Ki Redi, “aku sangat prihatin
dengan alam yang saat ini seperti kurang bersahabat dengan warga Dusun
Hargamulya.”
“Benar, Kakang. Kemarau yang sangat panjang ini membuat kita hidup
susah.”
“Aku percaya kau dapat menjalankan tugasmu sebagai kepala dusun
di sini.”
“Apa maksud Kakang Mangli?”
“Redi, Adikku. Sebenarnya berat ingin kusampaikan kata-kataku ini.”
“Berat? Kalimat apa yang akan kau sampaikan, Kang?”
Mendengar pertanyaan adiknya itu, Ki Mangli tidak dapat
langsung menjawab. Ia tampak gelisah. Dari tempatnya duduk, Ki Mangli
meremas-remas tangannya. Berkali-kali ia menarik napas panjang dan
menghembuskannya kembali dengan kuat.
“Jangan membuat aku cemas, Kakang,” tutur Ki Redi tidak sabar untuk
mendengar kata-kata kakaknya itu.
“Aku memang berharap kau tidak akan cemas, Adikku,” kata Ki Mangli
masih ragu-ragu.
“Kalau begitu, mengapa tidak segera kau katakan?”
“Aku ingin seperti elang yang dapat terbang di langit bebas itu.”
11