Page 14 - Cikal Cerita rakyat dari DIY
P. 14

2. Sayap yang Mengepak





















                          Waktu  terus  berganti.  Pepohonan  yang  rimbun  pada  musim  hujan
                   akhirnya mulai rontok pada musim kemarau. Dusun di perbukitan Menoreh
                   itu walaupun tidak terlalu subur, tetapi tetap dapat memberikan kehidupan
                   bagi warganya. Bagi yang bertani dapat menanam, bagi yang mencari madu
                   tawon hutan dapat merasakan manisnya, dan mereka yang menanam pohon

                   buah-buahan dapat memetiknya. Namun, gambaran indah itu sedikit demi
                   sedikit  mulai  pudar.  Kemarau  panjang  yang  berlangsung  pada  musim  ini
                   tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Air yang biasanya masih tersimpan

                   di mata air, sekarang sudah kering. Burung elang yang biasanya bernyanyi
                   pada siang hari sepertinya juga sudah tidak terdengar lagi. Hidup menjadi
                   sulit.


                          Keadaan  alam yang  kali ini  kurang  bersahabat  dirasakan  juga  oleh
                   Ki  Mangli.  Supaya  kesulitan  itu  dapat  diakhiri,  ia  memanggil  Reksaka,
                   pembantunya.


                          “Ada yang perlu saya bantu, Ki?” tanya Reksaka.

                          “Apakah kau sering melihat keadaan di dusun kita ini?”

                          “Tentu saja, Ki. Mengapa Ki Mangli bertanya seperti itu?”


                          “Adakah yang berubah dalam beberapa bulan ini?”












                                                           9
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19