Page 23 - Cikal Cerita rakyat dari DIY
P. 23

Setelah ditunjukkan oleh pencari ranting kayu, orang berkuda suruhan
                   Gusti Adipati Prasangkara itu segera menuju tempat beristirahat rombongan
                   tledhek pimpinan Ki Mangli. Tidak lama kemudian orang itu pun sampailah di

                   tempat yang diinginkannya.

                          Kepada Ki Mangli, utusan itu menyampaikan maksud kedatangannya.

                          “Gusti  Adipati  memerintahkan  Ki  Mangli  dan  rombongan  datang  ke

                   Kadipaten Calapar,” ujar utusan itu.

                          “Mohon maaf, Tuan. Ada maksud apa beliau memanggil orang gunung
                   seperti kami ini ke Kadipaten Calapar?”


                          “Aku  tidak  tahu,  Ki.  Mungkin,  beliau  ingin  melihat  tarian  tledhek
                   Sekargunung dan Sriyanti. Bukankah keduanya dikenal orang sebagai penari
                   yang hebat?” puji utusan itu dengan bahasa yang sopan.


                          “Ah, itu hanya mereka saja yang mengatakan. Apa kelebihan orang-
                   orang seperti kami ini. Kami hanya seniman yang mengembara mencari hidup
                   yang lebih baik.”


                          “Tutur  bahasamu  sangat  bagus, Ki  Mangli.  Kau  pasti  keturunan
                   seorang seniman yang berbudi.”


                          “Kami  selalu  diajarkan  oleh  leluhur  kami, bahwa  seniman  gunung
                   hendaklah selalu menjaga diri, baik dalam perbuatan maupun kata-kata.”


                          “Itulah yang kudengar dari banyak orang. Sekargunung dan Sriyanti
                   yang  sedang  mekar  bagaikan  bunga  indah  itu  selalu  menjaga  diri  dari
                   perbuatan tercela.”


                          “Begitulah yang kami selalu jaga, Tuan,” tandas Ki Mangli.

                          “Inilah  yang  membedakan  rombonganmu  dengan  rombongan  tari
                   tledhek  lainnya.  Kalian  tidak  hanya  mencari  uang  untuk  menopang  hidup,

                   tetapi mengajarkan tata krama menari.”

                          “Jika kami hanya mencari uang, apalah artinya. Kesenian yang luhur
                   hendaknya tidak dipakai untuk mencari uang dengan cara-cara yang tidak

                   terpuji.”






                                                          18
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28