Page 48 - Indara dan Siraapare
P. 48
“Saronai, pergilah kalian ke bukit sana. Bawa Rimbi Wa
Melai dan seluruh penduduk. Aku akan menggantikan kalian
di sini.” Akhirnya, Indara Pitaraa mengambil keputusan.
“Mari kita berdoa untuk keselamatan kakak Indara
Pitaraa dan untuk kita semua,” kata Putri Wa Melai akhirnya.
Indara Pitaraa menunggu kedatangan Watulu
seorang diri. Karena waktu yang dijanjikan sang putri untuk
menyerahkan diri sudah lewat, Watulu pun menjadi marah.
Ia keluar dari gua sarangnya. Watulu datang tidak sendiri,
melainkan datang bersama Lakabodu-bodu yang duduk di
atas gulungan badan Watulu yang sudah setinggi bukit.
Dari kejauhan, Indara Pitaraa sudah mendengar desis
marah sang ular dan suara marah Lakabodu-bodu. Indara
Pitaraa tidak gentar. Ia sudah siap melawan dengan tenang.
“Hai, manusia. Mana putri yang kalian janjikan itu,”
tanya Watulu pada Indara pitaraa.
“Akulah mangsa kalian hari ini!” tantang Indara
Pitaraa.
Watulu mendesis marah lalu memagut dan menelan
Indara Pitaraa. Tetapi, ajaibnya, telah tiga kali ditelannya,
Indara Pitaraa selalu saja keluar dari mulut si ular. Lakabodu-
bodu pun terkejut. Tiba giliran Indara Pitaraa menyerang
Watulu, dengan sekejap Indara Pitaraa sudah berhasil
mengalahkan Watulu, si ular besar itu, dengan keris Parigi.
Matilah ular besar itu.
41