Page 27 - Kultur Sekolah
P. 27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
dilaksanakan karena dorongan untuk mengadakan perbaikan prestasi sekolah yang
selama ini dirasa masih kurang baik, oleh karena itu penelitian ini dapat digolongkan
sebagai penelitian kausal komparatif.
Penelitian ini hanya bersifat expost facto, yang artinya hanyak mengungkap
konsep yang sudah ada di sekolah tentang kultur sekolah tanpa adanya pengendalian
variabel-variabel yang ada.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah SMA Negeri 7 Pandeglang tahun pelajaran
2005/2006 yang terdiri dari 9 kelas, yaitu kelas X sebanyak 3 kelas, kelas XI-IPA
sebanyak 1 kelas, Kelas XI-IPS sebanyak 2 kelas, kelas III-IPA sebanyak 1 kelas,
dan kelas III-IPS sebanyak 2 kelas. Sedangkan sampel yang digunakan adalah
pengambilan satu kelas dari masing-masing tingkat atau program yang diambil
secara random proporsional. Jadi sampel yang diambil adalah kelas X satu kelas,
kelas XI-IPA satu kelas, kelas XI-IPS satu kelas, kelas III-IPA satu kelas, dan kelas
III-IPS satu kelas.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner kultur
sekolah untuk siswa yang meliputi aspek kultur sosial berjumlah 17
pernyataan/pertanyaan, aspek kultur akademik berjumlah 24 pernyataan/pertanyaan,
aspek lainnya berjumlah 22 pernyataan/pertanyaan, dan 6 pertanyaan terbuka.
Kuesionel kultur sekolah untuk guru yang meliputi interaksi kepala sekolah dengan
guru berjumlah 20 pernyataan/pertanyaan, interaksi guru dengan guru berjumlah 4
pernyataan/pertanyaan, dan interaksi wali kelas/guru dengan orang tua berjumlah 4
pernyataan/pertanyaan, dan interaksi guru dengan siswa berjumlah 13
pernyataan/pertanyaan. Koesioner kultur sekolah untuk kepala sekolah yang meliputi
interaksi kepala sekolah dengan komite sekolah sebanyak 3 pernyataan/pertanyaan,
Kembang Smantu 12 Edi Supriyanto, S. Pd.