Page 24 - Kultur Sekolah
P. 24
upacara, ritus-ritus, simbol, logo, slogan, bendera, gambar-gambar, tanda-tanda,
sopan santun, dan cara berpakaian. Lapisan yang tidak dapat diamati dan dimaknai
secara jelas berintikan norma prilaku bersama warga sekolah.
Lapisan pertama kultur berupa norma-norma kelompok atau perilaku yang
telah lama dimiliki kelompok. Norma perilaku ini umumnya sukar diubah. Lapisan
pertama ini biasa disebut dengan artifak. Lapisan kedua berupa nilai-nilai bersama
yang dianut kelompok berhubungan dengan apa yang penting, yang baik, dan yang
benar. Lapisan kedua semua tidak dapat diamati karena terletak di dalam kehidupan
bersama. Jika lapisan pertama berintikan norma perilaku bersama sukar diubah,
lapisan kedua yang berintikan nilai-nilai dan keyakinan yangat sukar diubah serta
memerlukan waktu lama untuk berubah.
Dalam Buku Pedoman Pengembangan Kultur Sekolah: 3 kultur sekolah
diilustrasikan sebagai berikut:
- halaman/tanaman yang rapi
- gedung yang bersih, dengan interior yang
Fisik selaras dengan kegunaan ruangan
- dan sebagainya Nyata /
Artifak dapat
- Aktivitas ekstrakurikuler, missal: kesenian, diamati
olahraga, kerohanian, pramuka, dll
Perilaku - Santun antar warga sekolah, sapa-menyapa
- Dan sebagainya
- Lingkungan yang bersih, indah, dan asri
membuat belajar dan bekerja menjadi
Keyakinan nyaman dan tidak mudah bosan.
- Dan sebagainya
Abstrak/
Tersembunyi
- Harmoni
- Kerja keras akan berhasil
Nilai - Sekolah bermutu adalah hasil berja bersama
- Sekolah dengan masyarakat
Asumsi
Gambar 3. Ilustrasi Kultur Sekolah
1. Kultur Positif dan Negatif
Kultur sekolah ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif dilihat
dari dukungan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
Kembang Smantu 9 Edi Supriyanto, S. Pd.