Page 229 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 229
6. Panjilek : Seseorang akan dihinakan dengan ucapan
“panijilek”. Kegemarannya menyanjung dari orang tertentu
dengan harapan imbalan “jasa” atas pujiannya. Manusia
“penjilat” sebuah label kebencian. Di benaknya menumpuk
puji-pujian yang kadang dibuat-buat demi pencitraan diri.
BAB VIII
TATA BAHASA
A. KESATUAN BAHASA MINANGKABAU
Walaupun terdapat perbedaan ejaan dalam bahasa Minang
dibeberapa Nagari, pada umumnya dalam berkomunikasi
antar mereka tak ada hambatan, sama-sama mengerti. Sejak
dari Air Bangih di Utara sampai ke Silaut diujung selatan,
masyarakatnya adalah satu bahasa, Bahasa Minang. Tidak
sama dengan daerah lain seperti Sumatra Selatan. Bahasa
Kikim tidak dipahami orang Pasemah, pada hal mereka
bertetangga. Orang Sekayu tidak pandai berbahasa Pegagan,
orang Muara Enim tidak bisa bahasa Komering. Bahasa Ulu
Musi lain lagi.
Begitu juga dengan masyarakat Bengkulu. Warga di Kataun
tak tahu bicaranya orang Curup. Suku Rejang tak bisa bicara
Muara Aman. Manak dan Bintuhan di pesisir bahasanya
berbeda lagi. Begitu juga di daerah lainnya seumpama
Lampung. Di Sumatra Utara, Suku Melayu Deli, Batak dan Karo
mempunyai bahasa sendiri-sendiri.
200
Yus Dt. Parpatih