Page 226 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 226
namun jangan berlebihan melampaui pagar etika,
merendahlah bila mendapat pujian orang.
3. Paragiah : Hindari berlaku pelit dan berusahalah
menjadi “tangan di atas” Tapi jangan boros untuk hal-hal yang
tidak penting apa lagi mubazir. Berbahagialah membantu
orang lain datang kesusahan finansial atau kebuntuan pikiran.
Anda tidak mampu, tolonglah dengan doa. Dengan itu kita
telah menyelamatkan orang dari jurang neraka. Bukankah
Nabi telah mengingatkan bahwa,” Hampir-hampir kefakiran
itu mendatangkan kekafiran”.
4. Panyaba : Benarkah sifat penyabar Itu identik dengan
pengecut? Ternyata tidak. Bahwa orang penyabar merasakan
dunia ini lapang tanpa beban. Tuhan menciptakan sesuatu
tidak sia-sia, termasuk qadar buruk. Semua ada hikmah.
Namun wajib mencari jalan keluar melalui pintu usaha dan
doa. Sedangkan bagi yang tak mau bersabar hidupnya gelisah.
Baginya setiap keadaan buruk mesti dihalau, termasuk
menghalau kebijakan Tuhan yang katanya “tidak bijak” Ini
menyebabkan timbuinya “over” keberanian alias konyol.
Semua cara dihalalkan termasuk yang haram, ulah
ketidaksabarannya.
5. Pemaaf : Orang pendendam sangat berbahaya. Dia
selau mengintai celah untuk melampiaskan sakit hatinya.
Makanya cepat-cepat minta maaf bila bersalah dan berikan
maaf sebelum diminta, orang yang bersalah. Sesungguhnya
Tuhan tidak mencampuri sengketa batin dan utang-piutang.
Sebelum mereka menyelesaikan sendiri sebelum meninggal.
Sebuah hadits memperingatkan, “Lupakan dua hal, yaitu :
kebaikan kita kepada orang dan kesalahan orang kepada kita.
Dan Ingat dua hal, kesalahan kita kepada orang dan kebaikan
crang kepada kita “
Menyingkap Wajah 197
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya