Page 228 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 228

sesuatu  yang  dia  tak  punya.  Sering  dengan  kalimat-kalimat

                  sumbang melancarkan ujaran kebencian, kadang dengan raut
                  muka  mencibir,  merendahkan.  Agaknya  orang  seperti  ini

                  termasuk golongan “SMS”, yaitu Susah Melihat orang Senang

                  dan Senang Melihat orang Susah. Dia predator dan prestasi.
                        3.  Pandorong : Orang yang tak mampu mengendalikan

                  emosinya,  selalu  tergelincir  dalam  bicara.  Tanpa  melihat

                  lingkungan dan situasi, dengan enteng mengomentari segala
                  sesuatu yang tak disenanginya. Dia tak peduli dengan rambu-

                  rambu  moral.  Kadang  tak  ada  relevansinya  dia  bicara  dan
                  berbuat. Bukan urusannya, tapi nyinyir sok tahu. Sedangkan

                  orang bijak mengatakan, “Kalau biduk terdorong bisa diputar,

                  kaki terdorong mudah surut, tapi jika mulut terdorong susah
                  menghapusnya”. Oleh sebab itu, berpikir kalau mau bicara.

                        4.  Pambangga  :  Merasa  bangga  adalah  manusiawi,

                  membanggakan diri terkesan sombong pembangga biangnya
                  takabur.  Orang  jenis  ini  menilai  dirinya  superior  melebihi

                  manusia lain yang jauh lebih berprestasi. Rasa malu dan basa

                  basi tertutup oleh syahwat haus pujian. Seandainya memang
                  masyarakat  menilai  positif  keberadaannya,  itu  wajar.  Yang

                  tidak wajar ialah memancing orang untuk memuji. Inilah sosok

                  manusia lapar sanjungan dan anti kritik.
                        5.  Parabo  :  Parabo  adalah  sifat  ultra  sensitif,  mudah

                  tersinggung. Ini merupakan “keakuan” berlebihan, merasa tak

                  pernah  salah  dan  tak  mau  disalahkan.  Orang  ini  akan
                  menentang  setiap  ucapan  miring  kepadanya.  Ada  kalanya

                  orang  berbincang  tentang  sesuatu  yang  tak  ada  hubungan
                  dengan  dirinya,  dianggap  sebagai  sindiran,  sehingga  dia

                  merespons dengan meradang. Timbul kesalahpahaman yang

                  tidak  perlu  terjadi.  Tabiat  ini  harus  dihindari  kalau  ingin
                  menjadi pribadi yang bermartabat.








                                                         Menyingkap Wajah                      199
                                                         Minangkabau

                                                                      Paparan Adat dan
                                                                      Budaya
   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233