Page 248 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 248

dua bait berikutnya disebut isi pantun. Antara sampiran dan isi

                  tidak  ada  hubungan.  Yang  diperlukan  disini  hanyalah  kata
                  akhir bait pertama harus sebunyi dengan kata akhir bait ketiga

                  dan  kata  akhir  bait  kedua  sebunyi  dengan  kata  akhir  bait

                  keempat.
                        Isi pantun walaupun terdiri dari dua kalimat saja, dapat

                  mewakili tumpahan hati seseorang kepada orang lain secara

                  tuntas  langsung  menukik  kepada  maksud  yang  kalau
                  diungkapkan  melalui  bentuk  prosa  bisa  merupakan  sebuah

                  cerita pendek. Hanya saja kalimat isi pantun terbungkus dalam
                  kata berkias terselubung sehingga harus dengan kearifan baru

                  di-jumpai hakikat yang tersimpan di dalamnya. Di sinilah letak

                  perbedaan  antara  pantun  versi  Minang  dengan  pantun  dari
                  daerah  lain.  Sebuah  pantun  Melayu  atau  Betawi  langsung

                  kepada isi tujuan si empunya pantun, sedangkan gaya pantun

                  Minang  menempuh  jalan  melereng.  Coba  dibanding  antara
                  kedua jenis pantun ini dengan pantun Minang.




                        Pantun Melayu



                        Anak udang dipanggang-panggang

                        Mau dipindang tak berkunyit
                        Anak orang dipandang-pandang Mau

                        dipinang tak berduit



                        Maksud  pantun  diatas  jelas  melukiskan  sebuah

                  kekecewaan. Itu terang benderang tanpa diterjemahkan. Siapa

                  pun pendengarnya sudah paham. Ada pun maksudnya ialah,
                  seorang pemuda mendambakan gadis pujaannya. Namun apa

                  daya, awak miskin harta tak punya cinta sebatas angan-angan.

                  Coba dibanding dengan pantun Minang:







                                                         Menyingkap Wajah                      219
                                                         Minangkabau

                                                                      Paparan Adat dan
                                                                      Budaya
   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253