Page 249 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 249

Karakok dilaman surau

                        Gagang malilik batu tagak

                        Maratok mamandang palau
                        Ombak gadang basampan indak




                        Pulau  itu  ditamsilkan sebagai  gadis  idaman,  ombak  dan
                  sampan  dimaksudkan  hambatan  yang  mustahil  ditembus.

                  Tinggallah  si  pemuda  meratap  di  tepian,  mengenang  nasib

                  kasih  tak  sampai.  Sebuah  lagi  kutipan  pantun  Betawi  yang
                  bercerita  tentang  cinta.  Bahwa  ia  terlahir  dari  pandang

                  pertama, kemudian tertambat disanubari.

                        Dari mana datangnya lintah
                        Dari sawah turun kekali

                        Dari mana datangnya cinta

                        Dari mata turun kehati



                        Bagi  orang  Minang  pantun  ini  tak  bernilai.  Dalam

                  menyatakan  sesuatu  dengan  kata-kata  “telanjang”  dianggap
                  kurang  etis.  Adapun  rasa  itu  hendaklah  diucapkan  melalui

                  bahasa. terselubung. Barang sesuatu yang keluar  dari mulut

                  hanya  sebatas  kuping.  Tapi  kalau  datangnya  dari  hati,  hati
                  pulalah yang menerima dan menyimpannya. Makanya bicara

                  hati  diungkapkan  oleh  kata  bermakna  yang  diterjemahkan

                  dalam bahasa hati.
                        Respon pendengar akan merangsang kemudian terhanyut

                  bersama  endapan  rasa  siempunya  pantun.  Seperti  pantun

                  Minang dibawah ini:



                        Jorong banamo Tanjuang sani

                        Dalam nagari Sungai batang
                        Ma rentak kumbang putiah kaki







                       220
                                  Yus Dt. Parpatih
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254