Page 42 - adab-bersin
P. 42
bude pakde juga om kamu nak. Mama sering tidak segan-segan berkata bahwa “mama
banggamu nak”.
Al Anshoriyah, engkau betul-betul anak yg gemar menolong. Terbukti dari cerita
guru-gurumu bahwa engkau tidak segan-segan menolong temanmu yg kesulitan dalam
belajar, walau resikonya ditegur oleh gurumu. Bahkan suatu waktu, nilaimu dikurangi karena
dengan ikhlasnya soal ujian temanmu kau kerjakan dari awal hingga selesai. Ingat
nak..betapa marahnya mama ketika tahu kejadian itu, namun di sisi lain mama melihat sikap
rela berkorbanmu yg begitu tinggi.
Saat kita pindah, dari Jakarta ke Bandung, engkau terlihat sedih karena harus
meninggalkan sahabatmu, namun sekaligus gembira setelah mendengarkan cerita mama
bahwa kelak kamu akan mendapat teman-teman baru dengan bahasa yg tidak biasa, Bahasa
Sunda. Ingat Khonsaa’ ketika tanpa engkau sadari caramu dan adikmu berbicara mulai
berubah dan menjadi bahan becandaan sepupumu di jakarta…? Itu membuktikan betapa
dirimu mudah bergaul nak. Mama juga bangga padamu ketika seorang wali murid
menceritakan bahwa menurut anaknya, kamu adalah “the coolest girl in the class” karena
wawasanmu yg luas. Dari masalah gadget, pelajaran, poppin (satu bentuk tarian), music,
buku-buku..begitu banyak yg kau ketahui nak. Engkau memang canggih nak..!
Saat teman-teman seusiamu masih belum kenal dunia komputer dan online, kamu
sudah begitu akrab dengan keduanya. Niatmu punya Facebook dan akrab dengan dunia
online engkau ceritakan dalam rangka “jangan mau jadi gaptek”. Engkau buat blog pribadi
saat usiamu masih 7 tahun.
Padahal, yg engkau lakukan hanya mengamati papamu yg sedang asyik dengan pekerjaannya.
Sering sekali engkau cerita ke mama hasil browsingmu ke beberapa web hanya untuk
membedakan “akar tunggal dan akar serabut”.
Kau buktikan, bahwa dunia online seharusnya memang digunakan untuk hal-hal yang
bermanfaat..
Sebagai mama, banyak sekali kesalahan yg mama perbuat padamu nak, bahkan tidak
terhitung.. Kemarahan yang kadang melampau batas, ketidaksabaran yang sebenarnya masih
sangat bisa ditahan.
Ketika mama menangis menyesal bila memarahimu dan adikmu, yang kau ucapkan
hanya “nggak apa-apa ma”.
Ingat nak, ketika mama menyusui adik-adikmu engkau berada di dekat mama sambil engkau
bertanya “aku dulu nyusu juga ngga ma”. Seketika itu juga mama tidak mampu menahan tangis,
sembari berucap “itu salah satu kebodohan mama nak, maafkan mama krn mama tdk menyusuimu”.
Mama ceritakan alasannya bahwa luka yg ada tdk mampu mama tahan. Lagi-lagi engkau menghibur
mama dg berucap “nggak papa ma, yang penting sudah usaha”.
Salah satu kesalahan mama terbesar padamu ialah tanggal 13 Desember 2009. Hanya
karena keletihan yang sebenarnya masih bisa mama tahan, mama tidak menemanimu dan
adikmu yg pagi itu semangat sekali ingin berenang, dan memang itulah tujuan kita menginap
42