Page 40 - adab-bersin
P. 40

Saya tahu Yu Timah amat menunggu tanggapan saya. Bahkan dia mengulangi kata-
               katanya  karena  saya  masih  diam.  Karena  lama  tidak  memberikan  tanggapan,  mungkin  Yu
               Timah mengira saya tidak akan memberikan uang tabungannya. Padahal saya lama terdiam
               karena sangat terkesan oleh keinginan Yu Timah membeli kambing kurban.


                       ”Iya, Yu. Senin besok uang Yu Timah akan diberikan sebesar enam ratus ribu. Tapi
               Yu, sebenarnya kamu tidak wajib berkurban. Yu Timah bahkan wajib menerima kurban dari
               saudara-saudara kita yang lebih berada. Jadi, apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat
               hendak membeli kambing kurban?”

                       ”Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya benar-benar ingin berkurban. Selama ini memang
               saya hanya jadi penerima. Namun sekarang saya ingin jadi pemberi daging kurban.”


               ”Baik, Yu. Besok uang kamu akan saya ambilkan di bank kita.”

                       Wajah  Yu  Timah benderang.  Senyumnya  ceria.  Matanya berbinar.  Lalu  minta diri,
               dan  dengan  langkah-langkah  panjang  Yu  Timah  pulang.  Setelah  Yu  Timah  pergi,  saya
               termangu  sendiri.  Kapankah  Yu  Timah  mendengar,  mengerti,  menghayati,  lalu
               menginternalisasi  ajaran  kurban  yang  ditinggalkan  oleh  Kanjeng  Nabi  Ibrahim?  Mengapa
               orang  yang  sangat  awam  itu  bisa  punya  keikhlasan  demikian  tinggi  sehingga  rela
               mengurbankan hampir seluruh hartanya? Pertanyaan ini muncul karena umumnya ibadah haji
               yang biayanya mahal itu tidak mengubah watak orangnya. Mungkin saya juga begitu.


               Ah, Yu Timah, saya jadi malu. Kamu yang belum naik haji, atau tidak akan pernah naik haji,
               namun kamu sudah jadi orang yang suka berkurban. Kamu sangat miskin, tapi uangmu tidak
               kau  belikan  makanan,  televisi,  atau  pakaian  yang  bagus.  Uangmu  malah  kamu  belikan
               kambing kurban. Ya, Yu Timah. Meski saya dilarang dokter makan daging kambing, tapi kali
               ini  akan  saya  langgar.  Saya  ingin  menikmati  daging  kambingmu  yang  sepertinya  sudah
               berbau surga. Mudah-mudahan kamu mabrur sebelum kamu naik haji.



                                                  Oleh : Ahmad Tohari


                                             Shared By Kisah Penuh Hikmah

                                             http://virouz007.wordpress.com/


                                                           ***
















                                                           40
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45