Page 61 - MEDIA INFORMASI DIGITAL_Neat
P. 61

Syair  Abdoel  Moeloek  pertama  kali  diterbitkan  pada  tahun


      1847. Sekitar tahun 1854, Wan Bakar, seorang pedagang Arab

      yang  tinggal  di  Palembang,  kerap  membacakan  syair

      tersebut  di  daerah  Tangga  Takat.  Lama-kelamaan,


      masyarakat tidak hanya mengenal cerita Abdul Muluk, tetapi

      juga kisah-kisah lain seperti Siti Zubaidah (Hanafiah, 2006).

      Dengan             demikian,             Dulmuluk             menjadi            medium             yang

      menampung  berbagai  kisah  sarat  pesan  moral  dan  nilai


      budaya.









      Pertunjukan  Dulmuluk  terdiri  atas  tiga  bagian  utama.


      Pertama  adalah  pra-pertunjukan,  yang  diawali  dengan

      ritual dan doa bersama sebagai bentuk pembuka. Kedua

      adalah  saat  pertunjukan,  yang  dimulai  dengan  prosesi


      Beremas  atau  salam  pembuka,  lalu  dilanjutkan  dengan


      penampilan  cerita  utama.  Ketiga  adalah  pasca-

      pertunjukan,  di  mana  pertunjukan  ditutup  dengan

      Beremas  penutup  sebagai  bentuk  salam  perpisahan


      kepada penonton dan tuan rumah (Dhony, 2015).





      Dalam  mempersiapkan  pertunjukan,  berbagai  unsur

      kesenian  turut  disiapkan  dengan  seksama,  mulai  dari


      panggung,  kostum,  tata  rias,  karakterisasi,  musik

      pengiring,  hingga  tema  cerita  yang  akan  dibawakan


      (Dhony, 2015).

                                                                                                            61
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66