Page 64 - MEDIA INFORMASI DIGITAL_Neat
P. 64
Secara etimologis, istilah "Lak" atau "Laker" berasal dari
kata dalam bahasa Inggris lacquer, yang diturunkan dari
kata Lac, yaitu sejenis damar alami yang dihasilkan oleh
serangga Laccifer Lacca. Serangga ini hidup pada
tumbuhan tertentu yang banyak ditemukan di Jepang,
Tiongkok, dan Pegunungan Himalaya. Di wilayah Sumatera
Selatan, tumbuhan tersebut dikenal sebagai pohon kemalo
(Mubarat et al., 2024).
Pada mulanya, Laker dikenal sebatas sebagai seni dekoratif
untuk melapisi permukaan kayu. Namun, sejak awal tahun 1990-
an, seni ini mengalami perkembangan signifikan ketika Sanggar
Ganesha di Palembang mulai mengembangkannya menjadi
media seni lukis. Dua seniman lokal, Kohar dan Taufik, menjadi
tokoh penting dalam transformasi ini. Melalui eksplorasi teknik
dan gaya visual yang khas, mereka berhasil menciptakan
identitas baru bagi seni lukis Laker yang tidak hanya
menghadirkan keindahan estetis, tetapi juga merefleksikan
nilai-nilai budaya lokal Palembang. Karya-karya lukisan Laker
yang dihasilkan mengandung unsur sejarah, tradisi, dan
kearifan lokal, sekaligus berkontribusi terhadap pengembangan
ekonomi kreatif dan pariwisata budaya di daerah tersebut.
Beberapa karya bahkan telah menjadi bagian dari koleksi resmi
di ruang rapat Gubernur Sumatera Selatan, rumah dinas Wali
Kota Palembang, serta koleksi pribadi tokoh-tokoh masyarakat
(Mainur, 2019).
64

