Page 145 - Buku 9
P. 145

gurusnya merupakan pengurus baru karena dibentuk tahun
           lalu.
              Air menjadi persoalan yang krusial,  menjadi aset  desa
           yang harus dikelola  desa  untuk kesejahteraan  warganya.
           Jika tidak dikelola dengan baik, aset bisa berpindah kepemi-
           likan. Pak Tius bercerita bahwa dulu pernah ada pihak keti-
           ga (perusahaan) menawarkan untuk mengelola sumber air
           desa. Desa menolak karena tahu pasti bahwa semua pema-
           sukan dan keuntungan pasti untuk perusahaan, bukannya
           untuk desa. Hal itulah yang mendorong Kepala Desa dan
           warganya mengelola air bersih semampunya agar aset terse-
           but terlindungi dari tangan pasar dan dapat dimanfaatkan
           langsung oleh warga dusun.

              Tantangan pengelolaan air tidaklah mudah. Kemampuan
           desa dalam mengelola organisasi air bersih desa sangat di-
           tentukan sistem manajemennya yang saat ini belum maksi-
           mal. Masyarakat di dusun 1 seringkali mengeluh airnya ma-
           cet dan tidak bersedia membayar iuran Rp 5.000 per bulan.
           Warga mengeluh juga karena satu bak penambungan digu-
           nakan untuk 10 KK, ini relatif sedikit, banyak diantaranya
           yang kehabisan air bersih sesampai di bak penampungan.
           Pengurus memutuskan menurunkan iuran warga menjadi
           Rp 1.000. Sedangkan di dusun 1, walaupun air jarang mac-
           et, warga keberatan membayar RP 5.000 per bulan karena
           dinilai terlalu mahal, pengurus menurunkan iuran menja-
           di RP 1.000 per KK per bulan. Pada tahun 2012, iuran air
           bersih sudah menjadi bagian pendapatan air bersih untuk
           pertama kalinya, yaitu sebesar Rp 1.000.000.



           144                                         REGULASI BARU,DESA BARU
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150